Direktur Badan PBB Ungkap Serangan Israel Terhadap Konvoi Bantuan di Gaza
rakyatnesia.com – Direktur Badan Bantuan PBB (UNRWA), Tom White, mengungkapkan bahwa pasukan Israel telah menembaki konvoi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza pada pagi Kamis (28/12) waktu setempat.
Dalam keterangannya di media sosial, White menyatakan bahwa pasukan Israel menyerang konvoi yang bergerak dari Gaza utara, mengarahkan tembakan langsung ke jalur konvoi tersebut.
Meskipun para pemimpin konvoi dan tim mereka tidak mengalami luka-luka, satu kendaraan mengalami kerusakan parah akibat serangan tersebut.
Militer Israel merespons laporan tersebut dengan mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki insiden tersebut.
Sehari sebelumnya, Kepala Badan Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, menulis di media bahwa situasi di Gaza menjadi sangat sulit bagi warga setempat dan pihak yang berusaha memberikan bantuan kepada mereka.
Griffith kemudian membeberkan bahwa konvoi bantuan telah ditembaki tanpa penjelasan lebih lanjut.
“Anda pikir mudah mengirim bantuan ke Gaza? Coba pikirkan lagi,” tulis Griffith.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga sebelumnya mengungkapkan kondisi rumah sakit di Gaza yang amat memprihatinkan.
“Tidak ada rumah sakit fungsional yang tersisa di utara. Al-Ahli adalah rumah sakit terakhir tetapi sekarang tidak berfungsi maksimal dan masih merawat pasien tetapi tidak menerima pasien baru, bersama dengan rumah sakit Al-Shifa, Al-Awda dan Al-Sahaba. Rumah sakit-rumah sakit ini masih melindungi ribuan pengungsi,” kata Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah pendudukan Palestina, dalam konferensi pers di Jenewa, seperti dilansir Anadolu, Kamis (21/12).
Peeperkorn mengatakan, tidak ada rumah sakit berarti bahwa hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang berfungsi sebagian di seluruh Jalur Gaza, di mana semuanya berada di wilayah selatan.
“Sekarang, Al-Ahli adalah sebuah rumah sakit,” katanya, seraya menambahkan bahwa itu adalah satu-satunya rumah sakit di mana orang yang terluka bisa mendapat penanganan operasi di Gaza utara hingga dua hari yang lalu.
“Tetapi ruang operasi sudah tidak ada lagi karena kekurangan bahan bakar, listrik, pasokan medis dan tenaga kesehatan, termasuk dokter bedah dan dokter spesialis lainnya,” ujarnya.
“Rumah sakit tersebut sudah tidak berfungsi sama sekali dan saat ini hanya berfungsi sebagai rumah perawatan, tanpa atau sangat sedikit layanan perawatan yang disediakan,” tambah Peeperkorn.