Hamas Mengklaim Penembakan di Yerusalem Sebagai Respons Terhadap Kejahatan Penjajah
rakyatnesia.com – Kelompok Hamas secara resmi mengakui bertanggung jawab atas penembakan di Yerusalem yang mengakibatkan setidaknya tiga orang tewas dan belasan lainnya terluka pada Kamis (30/11).
Dalam pernyataan yang dirilis beberapa jam setelah insiden, Hamas menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan “tanggapan alami terhadap kejahatan penjajah (Israel) yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza dan terhadap anak-anak di Jenin (Tepi Barat, Palestina).”
Hamas juga menyebutkan bahwa dua pelaku penembakan adalah bersaudara, yaitu Murad Nemr (38) dan Ibrahim Nemr (30). Keduanya merupakan anggota sayap bersenjata Hamas yang berbasis di Yerusalem Timur, seperti yang dilaporkan oleh AFP.
Pada hari Kamis, dua pria bersenjata menyerang lokasi halte bus di sisi barat Yerusalem, menewaskan tiga warga sipil dan melukai 16 lainnya.
Menurut keterangan polisi Israel, dua orang pelaku tersebut berasal dari Yerusalem Timur. Mereka menembaki lokasi kejadian dengan senapan M-16 dan sebuah pistol.
“Dua teroris tiba di tempat kejadian dengan kendaraan bersenjatakan senjata api, para teroris ini melepaskan tembakan ke arah warga sipil di halte bus dan kemudian dinetralisir oleh pasukan keamanan dan warga sipil terdekat,” kata kepala polisi Yerusalem Doron Torgeman, seperti dikutip Reuters, Kamis (30/11).
Usai melepaskan tembakan, dua pelaku itu ditembak mati oleh dua tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang tidak bertugas dan seorang warga sipil.
Polisi mengatakan para penyerang pernah dipenjara oleh Israel di masa lalu.
Serangan ini terjadi di saat Israel dan kelompok Hamas sepakat memperpanjang gencatan senjata hingga Jumat (1/12). Israel dan Hamas telah melakukan jeda pertempuran sejak 24 November.
Namun demikian, di saat gencatan senjata sementara berlangsung di Gaza, pasukan militer Israel justru menyerbu habis-habisan Tepi Barat, Palestina.
Pada Rabu (29/11), Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan Adam al-Ghul, anak berusia 8 tahun dan Bassem Abu el-Wafa yang berusia 15 tahun “terbunuh oleh peluru dari penjajah (Israel)”.