Sektor Swasta ASEAN Harus Mengadopsi Model Bisnis Inklusif
rakyatnesia.com – Sektor swasta di kawasan ASEAN diharapkan untuk mengadopsi model bisnis yang inklusif, bukan hanya sebatas bekerja sama atau berkolaborasi dengan dewan bisnis lainnya. Langkah ini dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan secara signifikan pertumbuhan ekonomi digital di kawasan tersebut, yang bahkan bisa berlipat ganda.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan pandangan ini dalam ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2023 Plenary Session yang bertema “Aligning ASEAN’s Private Sector Priorities to the Global Agenda.”
“Aplikasi model bisnis swasta yang inklusif ini sangat relevan dengan fase baru digitalisasi, terutama dengan diperkenalkannya Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital ASEAN.
Selain itu, penerapan model bisnis ini juga memiliki potensi besar untuk mempercepat agenda ekonomi berkelanjutan melalui perkembangan ekosistem kendaraan listrik regional,” ungkap Airlangga dalam pernyataan pers yang dikeluarkan pada Senin (4/9/2023).
Sektor swasta juga harus secara aktif memanfaatkan peluang pertumbuhan baru, salah satunya dengan memaksimalkan hubungan pembangunan ekonomi lokal termasuk dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Menurutnya, kerja sama ASEAN bukan hanya upaya sektor publik, namun juga yang menjadi kunci adalah upaya inklusif dan kolaboratif dari sektor swasta dalam berbagai agenda dan inisiatif.
Proyek ASEAN juga tidak berdiri dalam ruang hampa, sebab dipengaruhi dinamika global sehingga memerlukan peran aktif dari sektor publik ASEAN maupun sektor swasta.
“Itulah kenapa kita memerlukan suara sektor swasta yang lebih besar untuk menyoroti dan mengurangi risiko serta biaya fragmentasi rantai pasokan global dan regional yang didorong oleh geopolitik. Sektor publik dan swasta perlu bekerja sama, termasuk dengan mitra dan platform lain, untuk menegakkan arsitektur perdagangan dan ekonomi multilateral yang terbuka, inklusif, tidak diskriminatif, dan berbasis aturan,” kata Airlangga.
Terakhir, lanjut Airlangga sektor swasta ASEAN perlu memanfaatkan sumber daya, jaringan, teknologi, dan keahlian sektor swasta untuk menemukan solusi terhadap tantangan sosio-ekonomi dan perubahan iklim di kawasan itu.
Inovasi, difusi dan adopsi teknologi juga perlu didukung dan dipercepat untuk meningkatkan ketahanan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Hal itu, bukan tanpa alasan karena perekonomian ASEAN menunjukkan kinerja positif dalam satu dekade terakhir dengan pertumbuhan rata-rata 4-5%.
Di dunia, kawasan ASEAN merupakan perekonomian terbesar ke-5, eksportir terbesar ke-4, dan pada 2022 lalu bahkan menjadi tujuan foreign direct investment (FDI) terbesar ke-2.
Perekonomian ASEAN mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 5,7% pada 2022 yang didorong oleh tingkat konsumsi domestik, perdagangan, dan investasi yang tinggi. Industri seperti elektronik, kendaraan listrik, dan ekonomi digital, mengalami peningkatan investasi pada tahun lalu, dengan total arus masuk FDI tumbuh sebesar 5,5%.
Inilah yang menjadi tema Kepemimpinan ASEAN Indonesia pada 2023 yaitu “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, Indonesia mengambil inisiatif untuk merespon hal tersebut.
Inisiatifnya antara lain memperkuat integrasi pasar regional melalui peningkatan Free Trade Agreement ASEAN-Australia-Selandia Baru, memperkenalkan transaksi mata uang lokal dan interoperabilitas pembayaran digital, serta mempromosikan ASEAN Industry Project Based Initiative.
ASEAN juga perlu mengoptimalkan kontribusi inovasi dan teknologi untuk meningkatkan perekonomian kawasan dan mengatasi tantangan sosio-ekonomi yang sudah maupun akan terjadi. Hal tersebut selaras dengan tema ABIS tahun ini yaitu “ASEAN Centrality: Innovating towards Greater Inclusivity”.
“Saya ingin mengimbau kepada sektor swasta ASEAN dan komunitas bisnis secara lebih luas, untuk berkontribusi aktif dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025. Terutama untuk ABAC harus bisa membuat ASEAN lebih kuat dengan menguatkan juga perdagangan dan kolaborasi antar negara anggota ASEAN,” pungkasnya.
ABIS merupakan rangkaian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berlangsung dari 5-7 September 2023 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Presiden RI Joko Widodo akan membuka KTT ke-43 ASEAN, sekaligus memimpin 12 pertemuan. Rangkaian pertemuan tersebut adalah KTT ke-43 dalam format plenary dan retreat, KTT ke-26 ASEAN-Tiongkok, KTT ke-24 ASEAN-Korea Selatan, KTT ke-26 ASEAN-Jepang, dan KTT ke-11 ASEAN-Amerika Serikat.
Pertemuan lainnya adalah KTT ASEAN-Kanada, KTT ke-26 ASEAN Plus Three, KTT ke-20 ASEAN-India, KTT ke-3 ASEAN-Australia, KTT ke-18 Asia Timur (EAS), dan KTT ke-13 ASEAN-Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).