Langka, RI Dilewati Gerhana Matahari Hibrida , Kabar Indonesia
Rakyatnesia – Langka, RI Dilewati Gerhana Matahari Hibrida Pencarian seputar Berita Nasional di dunia online kian banyak dikerjakan masyarakat Indonesia, sedangkan sebetulnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada artikel Langka, RI Dilewati Gerhana Matahari Hibrida ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memperhatikan atau membacanya. Jika anda suka dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com – Fenomena astronomi langka bakal terjadi Kamis (20/4) besok. Langit Indonesia bakal diwarnai gerhana matahari hibrida/hybrid (GMH). Disebut hibrida (hybrid) karena dalam satu fenomena terjadi gerhana total dan cincin sekaligus.
Gerhana matahari hibrida terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. Pada tempat tertentu, masyarakat bisa mengamati gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin. Posisi pengamatan menjadi penentu apakah seseorang bisa melihat fenomena gerhana matahari total atau gerhana matahari cincin saja.
Fenomena GMH itu menjadi perhatian khusus Kementerian Agama (Kemenag). Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan, fenomena GMH paling awal terjadi di Jawa Barat pada pukul 09.26 WIB. Kemudian paling akhir terjadi di Papua pada pukul 15.30 WIT. ”Kemenag mengajak umat Islam untuk melaksanakan salat Gerhana Matahari atau salat Kusuf,” ujarnya kemarin (18/4).
Kamaruddin menjelaskan, masyarakat yang akan menjalankan salat Gerhana Matahari harus sesuai dengan tuntutan syariat dan protokol kesehatan. Dia juga mengajak masyarakat untuk memperbanyak takbir, zikir, dan istigfar. Sebab, gerhana matahari adalah salah satu fenomena alam yang menandakan kekuasaan Allah.
Baca Juga: BMKG: Waspada Banjir Rob Seiring Adanya Gerhana Matahari Hibrida
Sebelumnya fenomena GMH tersebut menjadi kajian khusus Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging menyatakan, GMH adalah fenomena astronomi yang cukup langka. Sehingga membuka peluang untuk kegiatan kolaborasi riset lintas disiplin ilmu. Sungging mengatakan, timnya akan melakukan pengamatan di Biak Numfor. tempat tersebut dipilih karena berada tepat di lintasan gerhana matahari. ”Ada tiga hal yang akan kami lakukan di sana,” jelasnya. Yaitu riset terkait korona matahari, dampak gerhana pada ionosfer, dan perubahan kecemerlangan.
Sungging mencontohkan, dampak gerhana pada ionosfer menjadi salah satu tema penelitian karena sangat berdampak pada akurasi GPS. Serta terkait dengan sistem komunikasi, khususnya komunikasi maritim yang menggunakan kanal high frequency (HF). ”Kami akan melihat pada saat terjadinya gerhana ini ada gangguan atau tidak,” ucapnya. (wan/c9/oni)
Dikutip dari Jawa Pos