IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA MEMBUAT SISWA SENANG, ORANG TUA SENYUM DAN GURU BAHAGIA.
Oleh : Sumiati, M. Pd
SMPN 2 Tambakrejo, Bojonegoro, Jawa Timur
Tentunya tidak asing dengan kalimat Kurikulum merdeka, kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten okan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum ini bertujuan untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini yang berfokus pada materi esensial. Kita ketahui bahwa peserta didik kita sangat beragam. Keberagaman siswa-siswi kita menuntut guru untuk lebih kreatif dalam upaya melayani belajar mereka, hal ini merupakan tantangan bagi guru untuk mengenali murid-murid yang memiliki kemampuan yang beragam sehingga guru dapat memberikan pelayanan muridnya. Menurut Ki Hajar Dewantara maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia.
Implenmentasi kurikulum merdeka yang terbiasa disingkat kurmer pembelajaran lebih berpusat pada murid, pembelajaran yang berpusat pada murid dapat mendorong siswa terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Pada kurmer pembelajaran yang kita kenal dengan pembelajaran Diferensiasi. Pembelajaran ini mengutamakan kebutuhan belajar siswa. Pembelajaran diferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah: Kesiapan belajar (readiness) murid, Minat murid, Profil belajar murid. Sehingga muncul permasalahan bagaimana menciptakan pembelajaran efektif dan efisien sesuai dengan minat, kemampuan dan gaya belajar murid.
Sebagai jawaban permasalahan tersebut diatas Pertama yang dilakukan guru adalah mengenali karakteristik siswa dengan melakukan tes baik itu tes awal berupa tes awal yaitu diagnostik non kognitif (tes minat , bakat, gaya belajar siswa) dan tes diagnostik kognitif ( tes pengetahuan tentang materi).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha menggunakan kombinasi gaya mengajar. Dari data yang diperolaeh siswa memiliki 3 gaya belajar :visual, auditori dan kinestetik, Sehingga terbentuk 3 kelompok belajar dengan minat konten materi berupa video, infografis dan gambar. Langkah yang kedua untuk mengetahui kesiapan belajar siswa saya melakukan tes diagnostik kognitif tentang materi perubahan wujud zat. hasil tes diagnostik kognitif, akan digunakan untuk mengelompokkan murid berdasarkan kemampuan awal atau kesiapan belajar siswa. dari hasil tes tersebut terbentuklah 4 kelompok : 2 kelompok yang sudah paham, 1 kelompok kurang paham dan 1 kelompok yang belum paham materi perubahan wujud zat sub tema perubahan fisika/ perubahan kimia.
Dalam pembelajaran deferensiasi ini saya menerapkan 3 strategi :
diferensiasi konten : vidio,infografis dan gambar
diferensiasi proses : praktek, diskusi, gunting tempel.
diferensiasi produk: vidio, infografis,hasil tempel gambar
Dampak dari pembelajaran yang saya lakukan 98 % persen siswa senang akan pembelajaran yang dilakukan mereka sangat paham dan Bahagia dengan pembelajaran yang telah dilakukan. (*)