TRIBUNNEWS.COM, MAGETAN – Ratusan petani, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), anak muda sampai tokoh agama se-Kabupaten Magetan, Jawa Timur berkumpul di Warung Kopi Bara Gablak, Kamis (18/1/2024) malam.
Mereka terlihat sungguh bersemangat berdialog dengan Calon Presiden Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo menyimak banyak ganjalan petani. Mereka yang datang satu per satu menyodorkan keluh-kesahnya untuk mewakili kelompoknya.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Magetan, Darsono mengungkapkan permasalahan krusial terkait pupuk bersubsidi, yang kini dihadapi petani di seluruh Indonesia.
“Tolong Pak, kuota pupuk bersubsidi ditambah. Dari 99 komoditas pertanian yang menemukan pupuk bersubsidi, kini tinggal 9 komoditas saja, sehabis diterbitkan Permentan baru,” kata Darsono.
Selain meminimalkan kuota pupuk bersubdisi, pasokannya pun sungguh sedikit. Disebutkan Darsono, untuk kriteria 3 kwintal pupuk per hektare, kini petani cuma menemukan 70 kilogram per hektare.
“Bagaimana hasil panen bagus, Pak. Pupuk yang diberikan banyak berkurang. Kami tahu, kuota pupuk bersubsidi dikurangi alasannya yakni beban budget negara berat. Tapi, anggarannya malah buat jadwal Food Estate yang kini mangkrak,” tegasnya.
Food Estate yakni Program Strategis Nasional 2020-2024 yang tertera dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.
Proyek Food Estate yang mangkrak ini berada di bawah kontrol Menteri Pertanian dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menurut Perpres Nomor 108 Tahun 2022.
Presiden Joko Widodo dikala menyodorkan keterangan pemerintah atas UU APBN Tahun Anggaran 2024 beserta Nota Keuangan di Parlemen, pada 16 Agustus 2023 menyatakan, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 108,8 triliun untuk membangun Food Estate di Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Selatan.
Dana sebesar Rp 108, 8 triliun itu dialokasikan untuk mengembangkan ketersediaan, akses, dan stabilisasi harga pangan.
Pemerintah juga bertekad untuk mengembangkan buatan pangan domestik, memperkuat kelembagaan petani, mendukung pembiayaan, dan sumbangan jerih payah tani. Namun proyek itu
Seharusnya Anggaran Proyek Food Estate untuk Tambah Kuota Pupuk
Darsono mengatakan, dana sebesar Rp 108,8 triliun untuk membangun proyek Food Estate yang kini mangkrak, lebih baik digunakan untuk memperbesar kuota pupuk bersubsidi bagi petani agar panen membaik.
Sebab, budget jumbo senilai lebih dari Rp 100 triliun terbukti terbuang sia-sia. Bahkan, proyek Food Estate berefek negatif pada hilangnya hutan yang ditebang untuk lahan food estate yang tidak menciptakan apa pun.
“Mending buat memperbesar kuota pupuk bersubsidi, niscaya keuntungannya lebih dicicipi oleh rakyat. Kalau Pak Ganjar terpilih menjadi Presiden, tolong jadwal ini ditinjau ulang,” ucapnya.
Ganjar menyatakan sepakat, bahwa kuota pupuk bersubsidi mesti ditambah mudah-mudahan petani kecil tidak kesulitan.
“Selain itu, kita juga mesti membangun pabrik pupuk sendiri mudah-mudahan keperluan kita tidak terlampau mengandalkan negara lain. Saya sepakat bahwa kita mesti seefisien mungkin dalam penggunaan budget mudah-mudahan sempurna sasaran,” ucapnya. (*)