Ultimatum Terbaru Arab Saudi ke Israel: Tuntutan Untuk Menghentikan Agresi di Palestina
rakyatnesia.com – Arab Saudi kembali memberikan ultimatum kepada Israel, menyerukan agar segera menghentikan agresi di Jalur Gaza, Palestina.
Saudi dengan tegas menyatakan bahwa harapan untuk normalisasi hubungan dengan Riyadh tidak akan tercapai selama Israel masih terlibat dalam serangan terhadap Palestina.
Putri Reema binti Bandar al-Saud, Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat, menegaskan bahwa Saudi tidak akan melanjutkan pembicaraan terkait normalisasi selama Israel terus melancarkan serangan di Gaza.
“Hal yang paling penting untuk disadari adalah Saudi belum menempatkan isu normalisasi [dengan Israel] sebagai fokus kebijakannya. Saudi menekankan perdamaian dan kemakmuran sebagai fokus utama,” ujar Putri Reema dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
“Arab Saudi telah menyampaikan sikapnya dengan jelas. Jika kekerasan dan pembunuhan terus berlanjut, pembicaraan mengenai masa depan pasca-perang tidak dapat dilakukan,” tambahnya, sebagaimana dilansir oleh AFP pada Kamis (18/1).
Ini merupakan ultimatum baru Saudi setelah sebelumnya mendesak Israel berkomitmen atas pembentukan negara Palestina, sebagai bagian dari wacana rujuk serta bagian dari rencana rekonstruksi Gaza pascaperang.
Rencana ini merupakan hasil kerja keras Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang berkunjung ke Timur Tengah pekan lalu untuk membujuk dan melobi negara-negara kawasan tersebut agar mau membantu membangun kembali Gaza ketika perang berakhir.
Kendati begitu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak wacana tersebut. Dia menegaskan negaranya tak siap untuk membuat kesepakatan yang memungkinkan terbentuknya negara Palestina.
Saudi dan Israel sempat mencapai tahap signifikan untuk normalisasi hubungan usai bertahun-tahun bersitegang.
Namun, imbas agresi Israel di Gaza, Saudi membatalkan rencana untuk rujuk tersebut.
Arab Saudi tidak pernah mengakui Israel dan tidak ikut dalam Abraham Accords 2020, sebuah perjanjian yang ditengahi AS antara Israel dengan sejumlah negara Arab dan mayoritas Muslim untuk memulihkan kembali hubungan diplomatik.