Berita

Hamas Terbuka untuk Pemerintahan Bersama Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat

rakyatnesia.com – Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengumumkan keterbukaannya terhadap ide pemerintahan tunggal Palestina yang mencakup Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Saat ini, Hamas menguasai Jalur Gaza, sementara Otoritas Palestina yang didominasi oleh faksi Fatah memerintah Tepi Barat yang berada di bawah pendudukan Israel.

Dalam pidatonya yang disiarkan oleh televisi terafiliasi Hamas pada Rabu (3/1/2024), Haniyeh menyatakan, “Kami telah menerima banyak inisiatif mengenai situasi internal (Palestina) dan kami terbuka terhadap gagasan pemerintahan nasional untuk Tepi Barat dan Gaza.”

Sejak memenangkan pemilu Palestina pada tahun 2006, Hamas telah menguasai Jalur Gaza, yang diikuti oleh pertempuran sengit dengan Partai Fatah yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Meskipun telah ada upaya rekonsiliasi antara kedua faksi tersebut, namun hingga saat ini belum mencapai kesuksesan. Sementara itu, popularitas Abbas sebagai pemimpin Otoritas Palestina di Tepi Barat terus mengalami penurunan.

Pemerintahan masa depan atas Jalur Gaza telah berulang kali disuarakan selama perang berkecamuk tiga bulan terakhir antara Hamas dan Israel, yang bersumpah akan menghancurkan kelompok militan Palestina tersebut.

Amerika Serikat (AS), sekutu Israel, menekankan bahwa warga Palestina harus menjadi bagian dari pemerintahan di Jalur Gaza pascaperang. Namun peran masa depan Otoritas Palestina yang diakui secara internasional masih belum jelas.

Dalam pidatonya yang disiarkan oleh Al Jazeera, Haniyeh juga menyinggung diskusi soal kemungkinan jeda pertempuran kedua, setelah jeda pertempuran pertama disepakati oleh Hamas dan Israel pada akhir November tahun lalu.

Jeda pertempuran itu membuka jalan bagi pembebasan hampir separuh dari total 250 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza. Para sandera itu diculik sejak serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, yang memicu perang berkelanjutan di Jalur Gaza.

“Para tahanan musuh hanya akan dibebaskan dengan syarat yang ditentukan oleh kelompok perlawanan,” ucap Haniyeh, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Diperkirakan oleh Israel bahwa sekitar 129 sandera masih ditahan di Jalur Gaza.