PBB: RS Al-Aqsa di Gaza Seperti Pembantaian Besar-besaran, Israel Ancam Intensifkan Pertempuran
rakyatnesia.com – Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan situasi di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza seperti “pembantaian besar-besaran.” Israel berkomitmen untuk meningkatkan intensitas pertempuran melawan Hamas dalam beberapa hari mendatang.
Gemma Connell dari badan kemanusiaan PBB OCHA menyatakan bahwa banyak orang yang terluka parah tidak dapat menerima perawatan di rumah sakit tersebut karena kondisinya yang “benar-benar padat”.
“Saya melihat di RS al-Aqsa di Deir Al-Balah adalah pembantaian besar-besaran,” kata Gemma kepada program BBC World Service, Newshour.
Tom White, Direktur UNRWA, badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, menambahkan bahwa saat ini sekitar 150.000 orang di Gaza tengah diperintahkan untuk evakuasi oleh militer Israel.
Sementara itu, Benjamin Netanyahu berkata pada anggota partainya bahwa dia telah mengunjungi Gaza pada Senin (25/12) pagi dan menyebut bahwa operasi militer Israel di sana “belum berakhir”.
Pernyataan Netanyahu muncul beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri AS mengatakan Israel harus mengurangi intensitas serangannya.
Perang antara Israel dan Hamas dimulai pada 7 Oktober silam, setelah Hamas melakukan serangan terhadap warga Israel di dekat perbatasan.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikontrol Hamas mengatakan pada hari Senin bahwa sekitar 20.674 warga Palestina telah tewas dalam serangan balasan Israel yang dilakukan sejak saat itu.
Disebutkan bahwa sebagian besar korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak.
Di sisi lain, sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas ketika Hamas menyerbu perbatasan pada 7 Oktober. Sekitar 240 orang dibawa ke Gaza sebagai sandera. Israel mengatakan 132 orang masih disandera Hamas.
Netanyahu berjanji bahwa dia akan menghancurkan Hamas dan mengembalikan sandera ke Israel.
Dia mengatakan pada pertemuan partai Likud bahwa pasukan yang dia temui dalam kunjungannya ke Gaza telah mendesak Israel untuk terus berperang “sampai akhir”.
“Kami tidak akan berhenti. Kami terus berjuang, dan kami akan mengintensifkan pertempuran dalam beberapa hari mendatang. Ini akan menjadi perang panjang dan belum akan berakhir.”
Pada hari Senin, dia menerima sentimen negatif dari keluarga sandera yang menuntut pembebasan segera orang yang mereka cintai saat berpidato di parlemen.
“Kami tidak akan bisa melepaskan semua korban penculikan tanpa tekanan militer kami tidak akan berhenti berperang,” tegas Netanyahu.
Media Israel dan Arab melaporkan bahwa Mesir telah mengusulkan rencana gencatan senjata antara kedua belah pihak.
Menurut sejumlah laporan, rencananya adalah pembebasan bertahap semua sandera Israel dan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, yang diakhiri dengan penangguhan serangan Israel.
Kesepakatan gencatan senjata sementara sebelumnya yang dinegosiasikan oleh Qatar menghasilkan puluhan sandera dibebaskan dari Gaza dengan imbalan tahanan Palestina.
Sejauh ini, baik Israel dan Hamas menolak seruan gencatan senjata.
Tak Ada Tempat Aman Di Gaza
Pada hari Minggu (24/12), Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 70 orang di kamp pengungsi Al-Maghazi di tengah jalur tersebut, dan sebuah blok perumahan padat penduduk hancur.
Pejabat PBB Gemma Gonnel mengatakan bahwa ketika dia mengunjungi Al-Aqsa pada Senin (25/12), “ada serangan udara yang menghantam daerah sekitar rumah sakit dan korban baru memasuki rumah sakit”.
“Tragisnya saya melihat seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun dengan cedera kepala parah meninggal dunia,” tambahnya.
Ada, katanya, sejumlah korban di sana dengan “luka yang sangat parah namun tidak dapat diobati karena ada begitu banyak orang di depan mereka yang mengantri untuk dioperasi, dan rumah sakit benar-benar penuh sesak.”
“Dan beberapa dari mereka yang saya lihat adalah orang-orang yang terkena serangan kemarin [Minggu],” katanya merujuk pada laporan serangan terhadap kamp pengungsi Al-Maghazi di Gaza tengah.
“Ketika saya mengatakan bahwa ada serangan lagi hari ini dan banyak korban berjatuhan, beberapa dari serangan tersebut terjadi di daerah dimana orang-orang telah diperintahkan untuk mengungsi, yang sekali lagi kembali ke pernyataan yang, saya pikir, saya muak untuk mengatakan: bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza,” katanya.
“Dan bahkan ketika orang-orang diminta untuk mengungsi, tempat-tempat yang mereka tuju tidaklah aman.”
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan serangan udara Israel yang “intens” menyebabkan penutupan jalan utama antara Maghazi dan dua kamp pengungsi lainnya, Al-Bureij dan Al-Nuseirat, sehingga “menghambat aktivitas ambulans dan tim penyelamat”.
Dalam sebuah pernyataan kepada BBC pada hari Minggu, militer Israel mengatakan mereka telah menerima “laporan tentang insiden di kamp Maghazi”.
“Meskipun ada tantangan yang ditimbulkan oleh teroris Hamas yang beroperasi di wilayah sipil di Gaza, IDF [Pasukan Pertahanan Israel] berkomitmen terhadap hukum internasional termasuk mengambil langkah-langkah yang layak untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil,” tambahnya.