BLORA- Warga RT 06 RW 01, Dukuh Ringin Anom, Desa Giyanti, Kecamatan Sambong, Blora, mendambakan jembatan yang layak. Pasalnya, jembatan yang menjadikan jalan utama para warga untuk beraktifitas kondisinya sangat memprihatinkan.
Jembatan yang tak layak dilalalui itu, terbuat dari kayu dengan panjang hampir 50 meter dan lebar 3 meter, adalah jembatan dan jalan satu- satunya yang dilalui warga untuk keluar masuk lingkungan dukuannya.
Sapuan Kepala RT 06 mengaku jembatan yang dibangun sejak 10 tahun yang lalu itu kondisinya sudah memprihatinkan. Kayu yang digunakan sebagai alas jembatan mulai rapuh dan disana-sini banyak yang patah-patah. Selain itu kanan kiri jembatan juga tidak ada pembatas yang biasa dipakai pegangan atau pengaman bagi warga yang melintasi jembatan itu.
“Saat memasuki musim penghujan seperti ini, warga semakin was-was saat melintasi jembatan itu. Mereka pun harus berhati-hati saat melintasi jembatan untuk melakukan aktifitas” demikian disampaikan Sapuan, Jum’at(25/12/2015)
Ditambahkan, Dukuh Ringin Anom merupakan dukuh yang berbatasan dengan Desa Kasiman, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur ini, hanya memiliki satu jalan utama yang memiliki jembatan yang membentang di atas sungai Batokan yang tak layak itu. Sehingga warga yang melintas harus mulai berhati-hati saat melintasi jembatan tersebut.
“Sebenarnya, kalau tidak melewati jembatan itu, ada jalan alternative tapi jaraknya lebih jauh yaitu sekitar 10 kilo meter lebih dan jalannya masuk hutan. Akan tetapi, memasuki musim hujan seperti ini, jalan tersebut tidak bisa di lewat karena becek,” tambahnya
Oleh karena itu pihaknya sangat berharap jembatan yang merupakan jalan utama para warga warga beraktifitas tersebut bisa di perbaiki. Sebab jembatan untuk aktifitas warga ini mulai memprihainkan. Terlebih memasuki musim pengujan seperti ini mulai meresahkan warga.
“Kami harap pada pihak pemerintah dan dinas terkait, agar segera memperbaiki jembatan yang sudah rusak dan tak layak dilalui itu. Sehingga warga yang melintasi jembatan, bisa aman dan tidak merasa was-was,” katanya berharap.
Sementara itu salah satu warga Lamat mengaku kerap was-was saat melintasi jembatan tersebut. Tak jarang untuk berakitifitas harus medorong kendaraan melewati jembatan hingga seberang untuk bisa beraktifitas kembali.
“Takut mas, jika mau melitasi jembatan itu. Karena takut terjatuh, sepeda motor tidak saya naiki (dituntun, Jawa red), sampai seberang jembatan, biar aman,” keluhnya. **(Priyo)