Hamas Desak Israel Untuk Menghentikan Agresi Demi Pembebasan Sandera

rakyatnesia.com – Hamas memberikan tekanan kuat agar agresi yang dilakukan oleh Israel segera dihentikan. Kelompok yang menguasai Jalur Gaza ini menegaskan bahwa mereka tidak akan melepaskan sandera lagi kecuali Israel menyetujui penghentian agresi secara total.

Dilansir oleh BBC pada Jumat (22/12/2023), desakan ini disampaikan oleh Hamas di tengah upaya perundingan gencatan senjata.

Israel melaporkan telah membunuh lebih dari 2.000 pejuang Hamas di Gaza sejak dimulainya gencatan senjata awal bulan ini, yang juga menyaksikan pembebasan lebih dari 100 sandera. Sekitar 120 orang yang diculik dari Israel pada 7 Oktober diyakini masih ditahan di Gaza.

PBB terus berupaya untuk mengeluarkan resolusi mengenai konflik ini, sementara Amerika Serikat (AS) yang mendukung Israel menyatakan keprihatinan serius terhadap rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Meskipun gencatan senjata selama seminggu pada bulan ini meningkatkan aliran bantuan ke Gaza, PBB memperingatkan bahwa penduduk Gaza berisiko mengalami kelaparan jika konflik antara Israel dan Hamas terus berlanjut.

Meski negosiasi gencatan senjata baru sedang berlangsung di Kairo, Mesir, pembicaraan awal pada pekan ini belum menghasilkan kesepakatan apapun.

“Ada keputusan nasional Palestina bahwa tidak boleh ada pembicaraan mengenai tahanan atau kesepakatan pertukaran kecuali setelah penghentian agresi sepenuhnya,” demikian pernyataan Hamas.

Namun, Hamas tidak menyebut faksi Palestina mana yang dimaksud dalam pernyataan tersebut. Jihad Islam, sebuah kelompok kecil di Jalur Gaza, termasuk di antara mereka yang diketahui juga menyandera Israel.

Pernyataan Hamas itu telah menempatkan pemerintah Israel pada posisi yang sangat sulit. Mereka berpendapat bahwa cara terbaik untuk membebaskan sandera adalah dengan memberikan tekanan militer terhadap Hamas dan dengan melakukan operasi penyelamatan.

Namun, sejauh ini pendekatan tersebut tidak benar-benar berhasil. Hanya satu sandera – Ori Megidish – yang dapat diselamatkan dengan pendekatan perang tersebut.

Pemerintah Israel juga mendapat tekanan besar dari keluarga para sandera yang masih ditahan dan beberapa orang mengatakan bahwa strategi kekerasan tidak berhasil.

Hamas terus memberikan tekanan pada Israel untuk menghentikan perang tersebut, namun tanpa adanya jaminan bahwa kelompok tersebut akan menghentikan aksi bersenjatanya.

Pemerintah Israel pun enggan untuk menghentikan pertempuran sampai mereka merasa telah benar-benar menurunkan kemampuan Hamas dan mereka merasa belum melakukan hal tersebut. Hal tersebut akan menjadi kekecewaan besar bagi masyarakat Gaza, yang sangat ingin menghentikan perang ini.

Sebagai informasi, perang di Gaza pecah usai Hamas dan sekutunya menerobos perimeter yang dijaga ketat Israel pada tanggal 7 Oktober. Serangan Hamas itu menyebabkan 1.200 orang tewas.

Israel kemudian mendeklarasikan perang dan menyerang Gaza. Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas menyebutkan jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza sejak 7 Oktober mencapai lebih dari 20.000 orang, termasuk 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita.

Exit mobile version