Berita

Serangan Israel Terhadap Gereja di Gaza yang Dijadikan Tempat Perlindungan Warga

rakyatnesia.com – Anggota parlemen Inggris, Layla Moran, menyuarakan keprihatinannya ketika sejumlah kerabatnya, bersama dengan ratusan warga sipil lainnya, terjebak di Gereja Katolik Keluarga Kudus di Kota Gaza yang menjadi lokasi operasi militer Israel.

Politikus dari Partai Demokrat Liberal tersebut mengungkapkan bahwa anggota keluarganya menghadapi ancaman kematian karena keterbatasan akses terhadap air dan makanan.

obat joni kuat

Patriarkat Latin Yerusalem, yang berada di bawah naungan Gereja Katolik Roma, menyampaikan kabar tragis bahwa seorang ibu dan anak perempuannya tewas dalam kompleks gereja tersebut akibat tembakan penembak jitu Israel pada Sabtu (16/12).

Meski tuduhan ini diungkapkan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah klaim yang diajukan oleh otoritas Gereja Katolik Roma, dengan alasan bahwa mereka tidak menemukan bukti yang menunjukkan terjadinya insiden tersebut.

“Selama dialog antara IDF dan perwakilan masyarakat setempat, tidak ada laporan mengenai serangan terhadap gereja atau warga sipil yang terluka atau terbunuh,” demikian bunyi pernyataan IDF.

Otoritas tertinggi militer Israel itu lantas menyimpulkan, “Tinjauan terhadap temuan operasional IDF mendukung kesimpulan ini.”

Patriarkat Latin Yerusalem sebelumnya menyebut dua umat perempuan mereka, yaitu Nahida dan putrinya yang bernama Samar, ditembak dan tewas saat berjalan menuju sebuah gedung di kompleks gereja yang dikenal sebagai Biara Suster.

“Salah satu dari mereka tewas ketika mencoba membawa korban lainnya ke tempat aman,” tulis Patriarkat Latin Yerusalem dalam pernyataan mereka.

Sejumlah gereja di Gaza telah menjadi sasaran pasukan tempur Israel sejak serangan mereka ke wilayah ini Oktober lalu. Potret ini menunjukkan Gereja Santo Porfirius di Gaza yang rusak akibat serangan rudal Israel, 20 Oktober lalu. (Getty Images)

Selain dua korban tewas itu, Patriarkat Latin Yerusalem menyebut pada hari Sabtu akhir pekan lalu itu terdapat pula tujuh orang lainnya yang ditembak dan terluka saat mereka “mencoba melindungi orang lain di dalam kompleks gereja”.

Patriarkat Latin Yerusalem menyatakan bahwa tidak ada peringatan yang diberikan oleh Israel terkait operasi militer mereka di kawasan gereja.

“Para korban ditembak tanpa ampun di dalam lingkungan paroki, lokasi di mana tidak ada satupun kombatan,” tulis otoritas patriarkat tersebut.

Patriarkat Latin Yerusalem memaparkan, pada Sabtu pagi itu, sebuah tank Israel meluncurkan tembakan ke bagian kompleks gereja yang menampung 54 penyandang disabilitas.

Serangan itu memicu kebakaran yang menghancurkan generator gedung, satu-satunya sumber listrik di gereja. Akibatnya, beberapa penyandang disabilitas tidak dapat lagi menggunakan alat bantu pernapasan.

Sementara itu, anggota parlemen Inggris Layla Moran berkata bahwa neneknya, paman, bibi, dan keponakan kembarnya yang berusia 11 tahun termasuk warga Palestina yang mencari perlindungan di dalam gereja tersebut.

Mereka datang ke gereja itu setelah rumah mereka dibom militer Israel pada minggu pertama perang Israel-Hamas.

Moran berkata, para kerabatnya itu telah tinggal dan berbagi kasur bersama puluhan orang lainnya di salah satu ruangan di Gereja Keluarga Kudus selama lebih dari 60 hari.

“Saya sekarang tidak lagi yakin mereka akan bertahan sampai Natal,” kata Moran kepada BBC.

Moran berkata, para kerabatnya itu terus mengirimkan pesan kepadanya dan anggota keluarganya yang lainnya secara sporadis melalui WhatsApp.

Para kerabatnya itu mengirim pesan-pesan itu meski mereka tidak memiliki internet dan listrik di Gaza hampir selalu terputus.

Kerabat jauhnya yang dia panggil sebagai kakek meninggal November lalu. Moran berkata, kakeknya itu tidak bisa dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.

Lima kerabatnya yang lain berkata bahwa mereka sekarang tidak lagi memiliki bahan makanan atau air. Generator terakhir yang tersisa di gereja itu tidak bisa lagi berfungsi. Alat pompa itu sebelumnya bisa mengambil air dari sumber-sumber air terakhir di sekitar gereja.

Kepada Moran, para kerabatnya itu berkata bahwa tentara memasuki kompleks gereja dalam 24 jam terakhir. Tentara Israel itu mengambil alih sebuah ruangan di sebuah kompleks gereja.

Pekan lalu anggota keluarga Moran mendengar suara tembakan dan melihat selongsong peluru di kompleks gereja.

Mereka menyebut bahwa dua laki-laki di gereja itu tewas Selasa pekan lalu. Keduanya bekerja sebagai pengangkut sampah dan petugas kebersihan.

Anggota keluarga Moran itu telah mengirimkan foto, dua jenazah tergeletak di jalan di luar gedung gereja. BBC melihat foto tersebut.

Menurut mereka, dua jenazah tersebut telah membusuk di luar selama berhari-hari. BBC belum memverifikasi keadaan dari gambar yang ditampilkan.

Moran berkata, belum ada penjelasan mengapa tentara Israel menyerang gereja dan tidak memberikan peringatan kepada warga sipil yang berlindung di sana.

“Rasanya Israel seperti menertawakan upaya penyelamatan warga sipil,” ujar Moran.

Israel terus-menerus membuat klaim bahwa mereka melakukan operasi militer di Gaza untuk “membasmi” Hamas dan menyelamatkan sandera yang disandera oleh kelompok tersebut.

Oktober lalu, Israel menyuruh warga sipil di Gaza utara untuk mengevakuasi diri ke Gaza selatan. Israel sempat secara singkat menghentikan sementara aktivitas militer di beberapa wilayah Gaza agar warga bisa bisa keluar dari Gaza utara.

Namun Israel ternyata juga mengebom Gaza selatan, lokasi evakuasi yang mereka sebut sebagai wilayah aman. Sejumlah besar warga Palestina kini tetap tinggal di pusat Gaza dan wilayah utara kota tersebut.

Moran berkata, dia telah menghubungi sejumlah negara untuk mengeluarkan kerabatnya dari Gaza. Namun dia menyebut situasi saat ini “sangat rumit”.

Keluarga tersebut, kata Moran, telah mempertimbangkan untuk melakukan perjalanan ke Rafah di Gaza selatan. Akan tetapi, mereka menganggap perjalanan itu terlalu berbahaya karena tidak ada gencatan senjata yang dilakukan.

Hamas dituduh menerobos perimeter yang dijaga ketat oleh militer Israel pada tanggal 7 Oktober dan menewaskan 1.200 warga Israel.

Di sisi lain, lebih dari 18.700 warga Gaza tewas dan 50.000 lainnya terluka akibat serangan Israel usai 7 Oktober lalu.

Panjoel Kepo

Jurnalis Media Rakyatnesia.com berpengalaman dari Kota Soto Lamongan, Lihai menulis berbagai macam informasi, mulai dari olahraga, entertainment, Musik dunia viral media sosial dan berbagai macam lainnya.

Related Articles

Back to top button