Berita

Malaysia Sikapi Agresi Israel: Kapal Kargo Israel Ditolak dan Diusir

rakyatnesia.com – Otoritas Malaysia mengambil langkah tegas dengan mengusir dan menolak kapal kargo yang berbendera Israel untuk merapat di pelabuhan negara tersebut.

Tindakan ini merupakan respons langsung terhadap serangkaian agresi yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina sejak 7 Oktober.

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, dengan tegas menyatakan bahwa setiap kapal yang menuju ke Israel akan dilarang melakukan bongkar muat di pelabuhan negara-negara mayoritas muslim di kawasan Asia Tenggara.

Langkah ini diambil sebagai bentuk protes dan solidaritas terhadap Palestina dalam menghadapi serangan yang terus berlanjut.

Baca Juga  Menelusuri Sejarah: Keagungan Museum Kepresidenan Republik Indonesia Raya

Anwar khususnya merujuk pada perusahaan kapal kargo terbesar Israel, ZIM, sebagai salah satu yang terkena dampak dari kebijakan ini.

ZIM sebelumnya mendapatkan izin merapat ke pelabuhan Malaysia oleh otoritas negara itu sejak 2002. Namun, perizinan itu dicabut di era PM Anwar buntut sebagai agresi Israel ke Palestina.

Baca Juga  Top 10 Compliance Challenges in 2024

“Pemerintah Malaysia memutuskan untuk mencegah dan melarang perusahaan kapal asal Israel ZIM untuk berlabuh ke pelabuhan Malaysia,” ujar Anwar dikutip dari AFP.

“Sanksi ini sebagai respons atas aksi Israel yang mengabaikan prinsip-prinsip kemanusiaan dan melanggar hukum internasional melalui pembantaian dan kebrutalan atas Palestina yang masih berlangsung,” ujar Anwar menambahkan.

Malaysia menyatakan tidak akan lagi menerima kapal-kapal kargo berbendera Israel merapat di pelabuhan negara tetangga Indonesa itu.

Anwar kemudian mengatakan keyakinannya bahwa langkah Malaysia itu tak akan berpengaruh terhadap geliat perdagangan di kawasan. Terlebih, ia menegaskan bahwa Malaysia sama sekali tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Baca Juga  Yamaha Fazzio: Performa dan Efisiensi Terbaik dalam Kelas Skuter 2024

Tekanan masyarakat internasional terhadap Israel semakin tinggi menyusul agresi pasukan Zionis ke Palestina yang terus berlangsung sejak 7 Oktober.