Kasihan Nelayan Lamongan, Tangkapan Tongkol Melimpah Harga Merosot Tajam

moch akbar fitrianto

Bagikan

Memasuki Musim hujan, para nelayan di daerah Kranji, Kec Paciran, Kabupaten Lamongan. mengalami panen ikan tongkol yang cukup melimpah. Bahkan ada nelayan yang mendapatkan ikan sampai dengan 50 ton. Pada saat tangkapan melimpah, harga ikan tongkol anjlok. Harga yang awalnya Rp18 ribu/kg bisa turun hingga Rp13-14 ribu/kg. Para nelayan berharap harga ikan tetap bisa stabil meskipun tangkapan melimpah.

Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, ketika sejumlah nelayan bersiap-siap berangkat untuk melaut. Meski kondisi langit tampak mendung. Namun, suasana tetap riuh dengan aktivitas para nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Satu persatu perahu yang bersandar itu mulai berangkat. Sebagian lagi masih persiapan, sembari menunggu awak kapal perikanan (APK) yang lain datang. Ada yang memperbaiki mesin, tidak sedikit pula yang terlihat bersenda gurau di atas kapal sebelum mereka berangkat melaut. Di sudut lain tampak nelayan lain sedang menyulam jaring ikan yang jebol.

“Jaring ini untuk ikan tongkol. Disini kami semua nelayan harian,” kata Siha (50), nelayan setempat disela-sela menyulam jaring berukuran 3 cm ini, pada Senin (02/12/2019). Nelayan harian di sini artinya mereka mencari ikan di laut hanya sehari, dimulai dari jam 08:00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB, ada juga yang sampai jam 20.00 WIB. Tergantung sedikit banyak tangkapan, dan juga keberuntungan mereka di laut. Kalau tangkapan banyak, mereka mendarat bisa sampai larut malam.

Memasuki musim hujan seperti sekarang ini, rata-rata ikan hasil tangkapan mereka yaitu ikan tongkol. Dibandingkan ikan yang lain, ikan dengan nama latin Euthynnus affinis ini menjadi primadona bagi nelayan setempat. Selain pasarnya jelas, disaat datang musim seperti saat ini komoditasnya juga melimpah. Musim ikan tongkol ini biasanya pada awal bulan Desember hingga pada bulan Februari mendatang. Berbeda lagi ketika musim kemarau, pada saat musim panas hasil tangkapan mereka berganti ikan kembung (Rastrelliger), atau warga lokal menyebutnya dengan sebutan ikan belo.

Bergantung Pada Laut

Baca Juga  Kecamatan Paling Sepi Di Lamongan, Ada Di Bluluk dan Sukorame

Seperti nelayan pada umumnya, hidup para nelayan setempat ini sangat bergantung pada laut di pantai utara Lamongan itu. Bobi (48) menjelaskan, mencari ikan di laut itu tidak selalu beruntung. Kadang berhasil, kadang pula tidak membawa pulang tangkapan ikan. Keranjang yang mereka bawa balik ke daratan kadang kondisinya tetap kosong. Mencari ikan di laut itu ibaratnya orang mencari jarum dalam tumpukan jerami.

“Dapat diamati sendiri, tidak satupun ikan tongkol yang kami dapat hari ini. Namanya mencari ikan hidup di laut kadang dapat, kadang juga kosong. Kalau dapat terus ya bisa kaya,” lanjut pria yang mengaku berprofesi sebagai nelayan sejak kecil ini. Meskipun keadaan terasa sulit, mereka mengaku susah berganti profesi. Karena menjadi nelayan adalah pengetahuan yang mereka dapat sejak kecil. Begitu juga nelayan sebelum mereka, yang dapat mereka lakukan adalah bertahan dengan segala cara untuk tetap bisa menghidupi keluarga.

Melaut beserta kawan-kawannya, Bobi menggunakan kapal dengan ukuran 18 Gross tonnage (GT). Muatannya bisa sampai 50 ton. Satu kapal biasa diisi 30-35 APK. Dia mengaku, hampir setiap hari melaut, kecuali pada hari jum’at saja yang libur. Sekali melaut, untuk biaya operasionalnya bisa mencapai Rp2 juta, yang paling banyak memakan biaya yaitu solar, itu belum termasuk bekal makan. Untuk bekal makan mereka membawa sendiri-sendiri.

Baca Juga  Kawasan Lamongan, Gresik Dan Surabaya Disebut BNPB Bestatus Darurat Gempa

Pada saat yang sama, keadaan nelayan setempat ini bisa sangat berbeda. Jika Bobi awal bulan Desember ini kurang beruntung saat melaut. Munir (45) yang juga berprofesi sama merasa mujur. Sebab, tangkapan ikan tongkol yang dia dapatkan bersama kawan-kawanya ini cukup melimpah.

Mereka berhasil membawa ikan tongkol ke darat 10 ton. Namun, Munir mengaku meski hasil tangkapan banyak harga jual ke pengepul juga menjadi turun. Untuk itu dia berharap, harga ikan bisa tetap stabil meskipun sekarang ini sedang musim. “Padahal ikan disini kualitasnya ekspor, kalau harga terus turun ya rugilah nelayan,” katanya.

Lanjut dia, untuk harga ikan tongkol ini bisa berubah dalam sehari, bahkan dalam hitungan jam pun bisa berubah. Disaat ikan tongkol banyak, harga yang awalnya Rp18 ribu/kg bisa turun hingga Rp13-14 ribu/kg. Harga ikan tongkol tidak tentu, semakin banyak hasilnya harga semakin murah. Padahal, saat melaut tidak setiap hari mereka beruntung.

“Kalau tidak dapat ikan sama yang punya perahu ya tidak digaji,” tambahnya. Untuk itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka terkadang harus pinjam uang dulu ke juragan kapal. Setelah dapat ikan, mereka baru melunasi. Sebagian dari mereka ada yang hanya membawa ikan untuk lauk saja. Karena hasilnya untuk melunasi hutang. Jika beruntung, Munir dan kawan-kawanya hanya akan membawa pulang Rp100.000-Rp200.000 ribu.

Baca Juga  Ketua DPRD Lamongan 2014-2018, Kaharudin, Dipanggil KPK, Ada Apa ?

Minim Fasilitas

Sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Kabupaten Lamongan dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (biodiversity) paling tinggi. Di wilayah perairan laut Lamongan terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi. Diantaranya yaitu tuna, kerapu, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi dan rajungan. Namun, sayangnya potensi lautan yang sangat luas ini belum dimaksimalkan sebaik mungkin.

Muh. Subhan, salah satu pengepul ikan mengatakan pada saat musimnya, ikan yang keluar dari TPI ini bisa sampai ratusan ton. Subhan sendiri mengaku pernah mengirim ikan ke pabrik maupun pasar sedikitnya yaitu 10 ton. Untuk pasarnya antara lain yaitu Surabaya, Banyuwangi, dan Jakarta. “Kalau musimnya begini, fasilitas pelelangan ikan bisa sampai penuh sesak,” ujarnya. Untuk itu dia berharap tempat pelelangan ikan ini supaya lebih diperbesar lagi.

Selain itu, pabrik es juga ditambah. Karena jika musim ikan melimpah seperti sekarang selama ini yang sering menjadi kendala adalah kekurangan es batu. Ikan tongkol ini termasuk ikan yang karakternya cepat basi. Kekuatan ikan ini tanpa es hanya mampu bertahan 3-4 jam. Lebih dari itu ikan bisa basi. Hal itu juga akan berpengaruh ke harga ikan, jika kondisinya kurang segar harga ikan bisa turun 50 persen.

Sementara itu, sumber Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan menyebutkan, Produksi Perikanan Sektor Laut pada 2015 di Pelabuhan Pelelangan Ikan di Kranji sejumlah 2.609,8 ton. Adapun untuk data Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan, produksi ikan tongkol sejumlah 1,865.4 ton.

Bagikan

Also Read