rakaytnesia.com – Jurnalis Al Jazeera Arab di Gaza Palestina, Moamen Al Sharafi, membagikan momen tragis terkait pesan terakhir ibunya sebelum kehilangan nyawa akibat serangan bom Israel.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Al Sharafi mengungkapkan bahwa rumahnya di kamp Jabalia, Gaza utara, menjadi sasaran serangan pada pagi Rabu (6/12), meninggalkan kawah yang dalam di permukaan tanah akibat ledakan.
Orang tua Al Sharafi, Mahmoud dan Amina, saudara-saudaranya, pasangan mereka, serta keponakan mereka, semuanya tewas dalam serangan tersebut. Al Sharafi menambahkan, “Tidak ada kru pertahanan sipil yang bisa mencapai jenazah mereka.”
“Kami dicegah mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang kami cintai dan dilarang memberi mereka penguburan yang layak,” lanjut dia.
Al Sharafi lantas membagikan beberapa pesan suara terakhir yang dikirim ibunya, Amina, kepada dia sebelum mendiang tewas akibat bom tersebut.
“Assalamualaikum. Selamat pagi, Momin. Bagaimana keadaanmu? Ibu harap kamu baik-baik saja. Bagaimana kabar istri dan anak-anakmu? Bagaimana kesehatanmu? Jaga dirimu, Nak,” bunyi pesan suara tersebut.
“Semoga Allah membawamu keluar dari perang ini tanpa luka. Jaga dirimu baik-baik. Ibu sangat merindukanmu, setiap hari Ibu mendoakanmu. Semoga Allah menyertaimu,” lanjut pesan suara itu.
Dalam sebuah rekaman video usai serangan, tampak seorang kerabat Al Sharafi meratap kala berdiri di atas puing-puing rumah mereka yang telah hancur.
“Sepertinya mereka menghantam rumah sekitar pukul 04.00 atau 05.00 pagi. Kami tidak bisa sampai di tempat kejadian sampai matahari terbit,” kata kerabat tersebut.
Al Jazeera Media Network mengecam keras serangan Israel yang lagi-lagi menewaskan anggota keluarga jurnalisnya.
Dalam sebuah pernyataan, Al Jazeera menegaskan “akan mengejar semua langkah hukum untuk meminta pertanggungjawaban semua yang bertanggung jawab atas kejahatan ini.”
“Peristiwa mengerikan itu terjadi hari ini [Rabu] di Kamp Jabalia, di mana keluarga Moamen mencari perlindungan, yang menyebabkan ayah, ibu, tiga saudara kandung dan anak-anaknya tewas,” bunyi pernyataan Al Jazeera.
“Al Jazeera menyerukan kepada masyarakat internasional dan organisasi kebebasan pers untuk bekerja guna mengakhiri pembantaian ini segera dan memastikan keadilan yang cepat bagi keluarga para martir dan korban yang tidak bersalah.”
Pada 25 Oktober, keluarga jurnalis Al Jazeera lainnya, Wael Dahdouh, juga meninggal dunia akibat serangan Israel di kediamannya.
Mohamed Abu Al-Qumsan, seorang insinyur penyiaran di biro Al Jazeera Gaza, juga kehilangan 19 anggota keluarganya imbas serangan Israel di kamp Jabalia pada 31 Oktober.
Setidaknya 16.248 warga Palestina meninggal dunia di Gaza sejak agresi Israel 7 Oktober lalu. Sementara itu di Israel, jumlah korban tewas sekitar 1.200 orang.