Presiden Iran: Pembunuhan Wanita dan Anak di Gaza Akan Mengakhiri Rezim Israel
rakyatnesia.com – Presiden Iran, Ebrahim Raisi, menyatakan keyakinannya bahwa tindakan pembunuhan terhadap wanita dan anak-anak yang tidak bersalah di Jalur Gaza akan menjadi pemicu untuk mengakhiri rezim Israel.
Pernyataan ini dikemukakan oleh Raisi dalam pidatonya di hadapan parlemen Iran pada Selasa (5/12/2023), sebelum menyampaikan rancangan undang-undang anggaran tahunan pemerintahannya untuk ratifikasi.
Dilansir oleh Al Arabiya dan Press TV pada Selasa (5/12/2023), Raisi menyatakan keyakinannya bahwa Palestina akan mencapai kemenangan atas Israel dalam konflik yang terus berkecamuk.
Perang yang berlangsung selama dua bulan terakhir di Jalur Gaza dilaporkan telah menyebabkan hampir 16.000 warga Palestina tewas, dengan mayoritas dari mereka adalah warga sipil. Dari angka tersebut, sekitar 70 persen merupakan wanita dan anak-anak.
Raisi mengecam kekejaman terhadap rakyat Palestina yang, meskipun tertindas, tetap kuat, dan ia menyebutnya sebagai sumber penyesalan bagi semua manusia.
“Kami meyakini bahwa kematian martir wanita-wanita dan anak-anak Palestina akan mengakhiri rezim Zionis palsu dan kita akan menyaksikan, insya Allah, kemenangan Palestina serta musnahnya Israel,” ujarnya.
Israel semakin mengintensifkan pengeboman di area dan sekitar kota terbesar kedua di Jalur Gaza, saat ambulans dan mobil-mobil pribadi bergegas ke rumah sakit setempat membawa para korban luka dalam fase perang baru di daerah kantong Palestina tersebut.
Di bawah tekanan Amerika Serikat (AS) — yang merupakan sekutunya — untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban massal, Israel mengatakan operasinya dilancarkan lebih tepat sasaran dengan memperluas serangan ke wilayah selatan Jalur Gaza usai menghancurkan sebagian besar wilayah utara.
Pengeboman udara dan serangan darat telah memaksa tiga perempat dari total 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mengungsi dari rumah-rumah mereka.
Israel menegaskan mereka harus melumpuhkan infrastruktur militer Hamas yang luas dan menyingkirkan kelompok itu dari kekuasaan untuk mencegah terulangnya serangan 7 Oktober yang memicu perang.
Serangan mengejutkan Hamas pada awal Oktober itu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan membuat lebih dari 240 orang disandera.
Serangan dan pertempuran membawa kematian dan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza. Laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 15.890 orang tewas akibat rentetan serangan Israel, dengan lebih dari 42.000 orang lainnya mengalami luka-luka.
Kementerian Kesehatan Gaza tidak membedakan antara kematian warga sipil dan kombatan Hamas.