Israel Menyangkal Pemberian Ultimatum WHO Untuk Evakuasi Gudang Medis di Gaza dalam 24 Jam
rakyatnesia.com – Israel membantah tuduhan dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang menyatakan bahwa Tel Aviv meminta organisasi tersebut untuk mengevakuasi gudang medis di Gaza Selatan, Palestina.
Kantor Koordinasi Israel di wilayah Palestina (COGAT) membantah klaim tersebut melalui unggahan di X, menyatakan, “Sebenarnya kami tidak meminta Anda untuk mengevakuasi gudang dan kami juga telah menjelaskannya (dan secara tertulis) kepada perwakilan PBB terkait.”
Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa organisasinya menerima pesan dari militer Israel untuk segera memindahkan pasokan medis dari dua gudang di Gaza Selatan.
Gaza Selatan memang menjadi sasaran utama agresi Israel sejak gencatan senjata berakhir pekan lalu, menambah ketegangan di kawasan tersebut.
“Hari ini WHO mendapatkan pesan dari militer Israel (IDF) bahwa kami harus memindahkan pasokan dari gudang medis kami di Gaza selatan dalam 24 jam, karena serangan darat akan dilakukan,” ungkap Tedros di Twitter atau X pada Senin (4/12) waktu setempat.
Menanggapi hal tersebut, Tedros mengimbau Israel untuk mencabut perintah tersebut dan harus memastikan keselamatan warga sipil.
“Kami mengimbau #Israel untuk mencabut perintah tersebut, dan mengambil segala tindakan yang mungkin untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan.”
Israel langsung membombardir Jalur Gaza lagi setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa ada perpanjangan lagi pada Jumat pekan lalu. Israel dan Hamas saling menyalahkan satu sama lain atas kegagalan memperpanjang masa gencatan senjata.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengungkapkan jumlah korban tewas di wilayah tersebut terus bertambah hingga jadi 15.899 orang sejak agresi militer Israel dimulai 7 Oktober hingga Senin (4/12).
Dari angka itu, Ashraf Al-Qudra selaku juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 70 persen dari korban merupakan perempuan dan anak-anak. Jumlah korban luka-luka juga terus meningkat hingga 42 ribu saat ini.