Keluhan Kelaparan Warga Israel yang Dibebaskan dari Tawanan Hamas di Gaza, Padahal Warga Gaza Lebih Parah
rakyatnesia.com – Beberapa warga Israel yang berhasil dibebaskan oleh Hamas mengungkapkan kesulitan mereka dalam memperoleh cukup makanan ketika masih menjadi tawanan di Gaza.
Sementara itu, keluhan ini muncul di tengah kondisi lebih sulit yang dialami oleh warga Palestina di Gaza, yang menghadapi kelaparan parah dan bahkan pembantaian akibat tindakan kekejaman pasukan Israel.
Keren Munder, seorang warga Israel yang disandera oleh Hamas sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober lalu, bersama keluarganya mengalami kekurangan pangan selama masa tawanan di tangan Hamas.
Merav Mor Raviv, sepupunya, mengungkapkan bahwa Munder dan keluarganya hanya diberikan roti pita atau roti bulat khas Timur Tengah sebagai sumber makanan utama.
Dengan keterbatasan pilihan makanan tersebut, Munder dan ibunya mengalami kehilangan berat badan mencapai 12 pon atau lebih karena kurangnya nutrisi yang memadai.
“Mereka makan, tapi tidak secara teratur,” kata Raviv, seperti dikutip CNN, Minggu (26/11).
Meski begitu, selain roti, Raviv juga mengatakan terdapat pula banyak nasi yang disediakan bagi para sandera untuk disantap.
Munder, ibunya, dan putranya yang berusia 9 tahun sendiri dibebaskan oleh Hamas pada Jumat (24/11).
Sementara itu, Adva Adar yang neneknya juga dibebaskan pada Jumat mengatakan sang nenek, Yafa Adar (85), juga kehilangan berat badan selama hampir 50 hari disandera di Gaza.
Adar mengatakan neneknya menjadi tahanan Hamas usai rumahnya hancur pada 7 Oktober lalu. Yafa Adar bahkan sempat mengira bahwa banyak keluarganya telah meninggal dalam konflik.
“Biasanya, Anda memiliki rumah tempat Anda membesarkan anak-anak Anda, memiliki kenangan Anda, album foto Anda, pakaian Anda. Namun dia tidak punya apa-apa. Di usia tuanya, dia harus memulai lagi dari awal,” katanya.
Kondisi yang diceritakan para sandera Hamas ini sangat jauh jika dibandingkan dengan apa yang dialami warga Gaza selama ini.
Sejak Israel meluncurkan agresi merespons serangan Hamas awal Oktober lalu, warga Gaza diblokade total dari segala kebutuhan dasar.
Akses terhadap makanan, listrik, obat-obatan, air, hingga bahan bakar, tak ada yang boleh memasuki Gaza. Pabrik-pabrik roti bahkan diserang habis-habisan oleh pasukan militer Negeri Zionis.
Bukan cuma itu, setelah akhirnya makanan hingga air boleh masuk ke Gaza, lokasi warga yang tengah mengantre air pun tak luput dari sasaran gempur Israel.
Sementara itu, di penjara-penjara Israel, warga Palestina yang ditahan juga disebut tak mendapat air minum bersih serta makanan yang cukup.
Hal itu diutarakan Fareed Najm, warga Palestina yang dibebaskan Israel dari penjara lewat kesepakatan gencatan senjata empat hari sejak 24 November.
“Kami sangat menderita di penjara,” kata Najm, yang berasal dari Nablus, kepada Al Jazeera, Sabtu (25/11).
Dia turut menyatakan bahwa para tahanan masih sempat-sempatnya “dipermalukan” dalam perjalanan pulang.
Israel, kata dia, “selalu memperlakukan kami (warga Palestina) dengan cara yang sangat buruk.”
Jika ditelusuri lebih jauh, kondisi seperti ini sebetulnya sudah lama dialami warga Gaza, yakni sejak Israel ‘mengepung’ daerah kantong itu.
Rakyat Gaza tak pernah hidup bebas selama bertahun-tahun sejak berkonflik dengan Israel terutama usai peristiwa intifada.