Presiden Iran : Gencatan Senjata Israel-Hamas Menjadi Kemenangan Bagi Palestina
rakyatnesia.com – Presiden Iran, Ebrahim Raisi, menyatakan bahwa Israel gagal mencapai tujuannya dalam konflik dengan Hamas, dan bahwa kesepakatan gencatan senjata di Gaza merupakan kemenangan bagi Palestina.
Raisi menyebut rezim Zionis tidak mampu menetralisir perlawanan, yang diwakili oleh kelompok milisi Hamas dan Jihad Islam di Gaza.
Menurut laporan kantor berita resmi Iran, IRNA, yang dikutip oleh Al-Arabiya pada Jumat (24/11/2023), Raisi mengatakan bahwa tindakan Israel di Gaza hanya menyebabkan “kebencian global” terhadap negara tersebut.
Dalam mengomentari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, presiden Iran menyatakan, “Sekarang setelah gencatan senjata diumumkan, kita dapat mengatakan bahwa Palestina jelas merupakan pemenang konflik ini.”
Sebelumnya pada hari Rabu (22/11) lalu, Israel dan Hamas mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata di Gaza yang berlangsung selama setidaknya empat hari.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Hamas akan membebaskan sedikitnya 50 sandera yang ditawan pada serangan tanggal 7 Oktober. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sedikitnya 150 tahanan Palestina dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun, implementasi kesepakatan tersebut tertunda seiring Israel mengatakan gencatan senjata dan pembebasan sandera, yang awalnya diperkirakan akan dimulai pada hari Kamis (23/11), tidak akan dimulai hingga setidaknya hari Jumat (24/11).
Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas yang menguasai Gaza, sebagai pembalasan atas serangannya ke Israel selatan pada 7 Oktober.
Para pejabat Israel mengatakan serangan Hamas itu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan sekitar 240 orang disandera.
Kampanye udara dan darat Israel telah menewaskan lebih dari 14.000 orang di Gaza, termasuk ribuan anak-anak, menurut otoritas Palestina di Gaza.
Iran, sumber utama dukungan finansial dan militer bagi Hamas, memuji serangan 7 Oktober tersebut, namun menyangkal keterlibatannya dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan tersebut.
Diketahui bahwa Teheran menolak mengakui Israel dan menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai komponen fundamental kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam tahun 1979.