Berita

Krisis BBM di Gaza, Warga Kembali ke Tradisi Oven Tanah Liat

rakyatnesia.com – Oven tanah liat menjadi primadona di Gaza ketika krisis BBM menimpa, memaksa warga untuk kembali ke cara memasak tradisional.

Inshirah Salem al-Aqra, seorang ahli oven tanah liat berusia 53 tahun, menjadi sosok kunci dalam membantu warga menghadapi kesulitan ini.

Seperti dilaporkan oleh Al-Jazeera pada Selasa (21/11/2023), oven tanah liat yang dibuat oleh al-Aqra menggunakan bahan dasar tanah liat, kotoran hewan, dan jerami. Proses pembuatannya dilakukan secara manual, membentuknya dengan tangan dan mengeringkannya di bawah sinar matahari.

Dalam situasi sulit ini, oven tradisional buatan al-Aqra digunakan untuk memasak berbagai hidangan, mulai dari mandi (ayam yang dimasak perlahan) hingga roti.

Perang dan kelangkaan bahan bakar membuat kehidupan sehari-hari semakin sulit bagi warga Gaza. Mereka bahkan harus mengandalkan oven tanah liat untuk menyeduh kopi atau teh.

Krisis energi dan pemadaman listrik yang melanda Gaza mendorong masyarakat Palestina untuk kembali ke akar tradisinya. Al-Aqra, sebagai satu-satunya tukang oven tanah liat tradisional di daerah tersebut, menjadi harapan bagi mereka yang membutuhkan solusi kreatif di tengah tantangan yang dihadapi.

Usaha oven tanah liat ini menjadi satu-satunya sumber penghasilan di keluarga al-Aqra setelah Israel membakar perahu milik suaminya. Ia telah membuat dan menjual lima oven sejak minggu kemarin, lebih dari yang biasanya dia jual dalam sebulan sebelumnya.

Meskipun permintaan akan ovennya meningkat, al-Aqra tidak mau mengambil kesempatan ini untuk meningkatkan harganya. “Saya tidak ingin mengambil keuntungan dari orang lain, terutama pada saat-saat seperti ini,” katanya.

Oven tanah liat terkecil dijual dengan harga 80 shekel atau setara Rp 333,9 ribu (kurs Rp 4.174) dan yang terbesar dijual dengan harga 150 shekel atau setara Rp 626 ribu.

Satu-satunya pabrik gandum di Gaza kini sudah tidak bisa lagi menggiling gandum karena mereka kekurangan bahan bakar setelah Israel melakukan pengepungan total di wilayah tersebut. al-Aqra membuka rumahnya untuk pengungsi perempuan yang berlindung di sekolah-sekolah terdekat. Pengungsi-pengungsi membawakannya tepung, sehingga al-Aqra dapat membuatkan roti untuk mereka.

Ia berharap perang yang telah menewaskan 13.000 warga Palestina segera berakhir. “Kami telah kehilangan banyak hal. Sudah cukup,” kata al-Aqr.

Panjoel Kepo

Jurnalis Media Rakyatnesia.com berpengalaman dari Kota Soto Lamongan, Lihai menulis berbagai macam informasi, mulai dari olahraga, entertainment, Musik dunia viral media sosial dan berbagai macam lainnya.

Related Articles

Back to top button