Serangan Israel Menghantam Ekonomi Palestina: Lonjakan Kemiskinan dan Pengangguran
rakyatnesia.com – Serangan Israel yang brutal terhadap Gaza terus berlanjut, dan dampaknya merusak perekonomian Palestina, menyebabkan peningkatan drastis dalam tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan laporan mengenai dampak jangka panjang yang tak terbayangkan jika konflik terus berlanjut di Gaza.
“Syok sosio-ekonomi akibat perang Israel-Gaza menyebabkan ratusan ribu warga Palestina jatuh miskin,” demikian peringatan PBB yang dikutip dari Aljazeera pada Jumat (17/11/2023).
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Economic and Social Commission for Western Asia (ESCWA) PBB, terungkap bahwa tingkat kemiskinan di Palestina meningkat sebesar 20%, sementara Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan sebesar 4,2% selama perang berlangsung selama lebih dari satu bulan.
PBB menyebut dampak ekonominya melebihi konflik Suriah dan Ukraina atau perang Israel-Palestina sebelumnya. Apabila perang terus berlanjut hingga bulan kedua, PBB memperkirakan PDB Palestina akan turun US$ 1,7 miliar atau 8,4% dibandingkan tahun sebelumnya US$ 20,4 miliar.
Jika terus memasuki bulan ketiga, diperkirakan ekonomi Palestina merosot hingga 12% dan mengalami kerugian US$ 2,5 miliar. Tidak hanya itu, lebih dari 660 ribu orang akan terjerumus dalam jurang kemiskinan.
Asisten Sekretaris Jenderal Program Pembangunan PBB Abdallah Al-Dardari mengatakan bahwa turunnya PDB pada tahun ini akan menjadi peristiwa besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Pada awal 2023, Palestina, terutama di wilayah Tepi Barat dan Gaza dianggap sebagai negara dengan perekonomian berpendapatan menengah ke bawah dengan tingkat kemiskinan US$ 6 per hari,” kata Sekretaris Eksekutif ESCWA PBB Rola Dashti.
Pada Januari, Gaza sudah berjuang dengan angka pengangguran yang tinggi, yakni 46%. Angka tersebut tiga setengah kali lebih tinggi dibandingkan dengan pengangguran di Tepi Barat 13%. Perang selama empat minggu telah menghancurkan 390.000 pekerjaan.
“Saat perang mencapai satu bulan, sebanyak 61% lapangan kerja di Gaza setara dengan 182.000 pekerjaan, diperkirakan telah hancur. Sedangkan di Tepi Barat, sekitar 24% atau setara dengan 208.000 lapangan pekerjaan juga hancur,” lanjutnya.
Dashti menyebut tingkat kehancuran di Gaza tidak pernah terbayangkan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Per 3 November 2023, sekitar 35.000 unit rumah rusak total dan 220.000 unit rumah rusak sebagian.
“Jika hal ini terus berlanjut, sebagian besar penduduk Gaza tidak akan memiliki rumah. Bahkan jika pertempuran berakhir sekarang akan terjadi pengungsian besar-besaran dalam jangka panjang,” imbuh Al-Dardari.