Presiden Israel Menyampaikan Alasan di Balik Bombardir Gaza dan Menekan Hamas
rakyatnesia.com – Presiden Israel, Isaac Herzog, mengungkapkan alasan di balik serangan bom negaranya terhadap Gaza, termasuk upaya untuk menghancurkan keberadaan milisi Hamas.
Herzog menjelaskan bahwa Israel tidak dapat membiarkan kekosongan di Gaza, Palestina, dan merasa perlu untuk mempertahankan kekuatan yang kuat di wilayah tersebut dengan mengontrolnya agar kelompok milisi Hamas tidak dapat terus berkuasa.
“Dengan mundur, pertanyaannya adalah siapa yang akan mengambil alih? Kita tidak bisa meninggalkan kekosongan. Kita perlu memikirkan mekanisme apa yang akan terjadi, dan banyak ide telah diajukan,” ujar Herzog dalam wawancara, seperti dilansir oleh Al Arabiya News pada Kamis (16/11).
Herzog menekankan bahwa langkah ini diambil agar Gaza tidak lagi menjadi basis terorisme. “Tidak ada yang ingin kembali ke titik ini, dengan Gaza menjadi basis terorisme lagi,” tambahnya.
Meski demikian, cap teroris yang disematkan Israel kepada Hamas menuai banyak kritik dari sejumlah pemimpin dunia. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang paling lantang membela Hamas bukan sebagai teroris.
“Hamas bukan lah organisasi teroris, namun sebuah kelompok pembebasan yang berjuang untuk melindungi tanah dan warganya,” papar Erdogan pada Rabu (15/11).
Dalam pidatonya, Erdogan justru blak-blakan menyebut Israel sebagai negara teroris.
Ia juga blak-blakan mengatakan bahwa penumpasan Hamas menjadi dalih bagi Israel untuk melakukan genosida terhadap warga sipil Palestina dan menguasai Jalur Gaza.
“Israel menerapkan strategi pemusnahan total terhadap sebuah kota dan penduduknya. Saya mengatakan dengan sangat jelas dan terus terang bahwa Israel adalah negara teroris,” kata Erdogan pada Rabu (15/11).
Kecaman serupa juga pernah dilontarkan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang menganggap Israel berdalih menumpas Hamas untuk menguasai Jalur Gaza.
Anwar termasuk pemimpin di dunia yang menolak tegas melabel Hamas sebagai teroris seperti yang disematkan oleh Israel dan negara-negara Barat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada pekan lalu mengatakan akan terus bertempur melawan Hamas hingga akhir. Jika perang dengan Hamas selesai, ia berencana untuk mengontrol Gaza dalam jangka waktu tak terbatas dan akan bertanggung jawab terkait keamanan di wilayah tersebut.
Namun, Amerika Serikat menolak usul tersebut dengan mengatakan Palestina harus tetap memerintah Gaza setelah Israel mengakhiri perang melawan Hamas.
Herzog kemudian mengaku pemerintah Israel saat ini sedang berdiskusi tentang bagaimana Gaza akan dikelola setelah perang antara Israel dan Hamas berakhir. Dia berasumsi Amerika Serikat dan aliansinya akan terlibat dalam perencanaan itu.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan kepada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bahwa menduduki Gaza, Palestina, merupakan sebuah “kesalahan besar”.
Biden juga mengatakan solusi yang paling tepat agar perang antara Israel dan Palestina bisa berakhir adalah dengan solusi dua negara atau two state solution.
“Saya mengatakan kepada Israel bahwa adalah sebuah kesalahan besar bagi mereka jika berpikir mereka akan menduduki dan mempertahankan Gaza. Saya rasa itu tidak akan berhasil,” kata Joe Biden pada Rabu (15/11) waktu AS, seperti dikutip Reuters.
“Saya menegaskan kepada Israel, kepada Bibi [Benjamin Netanyahu] dan kabinet perangnya. Saya rasa jawabannya adalah solusi dua negara,” imbuhnya.
Perang antara Israel dan Hamas masih panas sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu. Kini, Israel telah merangsek masuk ke dalam Rumah Sakit Al Shifa di Gaza yang merupakan fasilitas medis terbesar di wilayah terbesar itu.
Per Rabu (15/11), korban tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza mencapai 11.500 orang, termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 perempuan. Sementara, sekitar 29.800 orang lainnya luka-luka.