Behavioral Politik: As Soon As Possible – Jilid Suyoto Tamat Oleh: Agung DePe (bagian dua)

Sukisno

Bagikan

Tiga partai, PAN, Gerindra dan PKS mengklaim telah bersepakat untuk mengambil langkah bersama di Pilgub Jatim 2018. Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menyatakan tiga partai itu juga akan mengusulkan mantan Bupati Lamongan Masfuk, yang merupakan kader PAN guna mendampingi Khofifah Indar Parawansa. Khofifah sendiri telah mendapat dukungan dari empat partai, yakni PPP, Demokrat, Nasdem, dan Golkar
Itu artinya nama Suyoto, Bupati Bojonegoro yang pernah soundcheck pada tahapan opening percaturan Pilgub Jatim 2018 telah selesai serialnya diunggulkan PAN.

”Apabila kemungkinan mengajukan nama untuk pendamping Khofifah tidak tembus, tiga partai itu akan membentuk poros baru di Pilgub Jatim 2018,” kata Zulkifli kepada pers di DPR (13/11/2017).

Apakah Suyoto masih punya kesempatan memerankan middlegamenya Pilgub Jatim buat ditarik ke dalam kepentingan dukungan bakal calon bupati pilihannya? Sementara strategi koalisi partai Pilgub Jatim sedang ditawarkan untuk linier diikuti sampai ke pemilihan bupati?

Paket seragam anatomi garis lurus partai pengusung calon gubernur dan wakil di Pilgub Jatim, PKB dan PDI-P sementara juga sudah dilakukan di Bojonegoro untuk mengusung bakal calon bupati, meskipun PDI-P Bojonegoro masih dalam tahapan penjaringan bakal calon. Nama Anna Muawanah dipatok sebagai bakal calon bupati dari PKB berpasangan dengan calon wakil bupati hasil penjaringan PDI-P, meski belum jelas siapa?

Secara kalkulasi imajinasi politik, gerobak Partai Demokrat dengan Partai Golkar kalau bergandengan di Pilbup Bojonegoro memang tampak menjadi dua roda berputar. Mengacu dua partai ini adalah koalisi pengusung Khofifah di Pilgub Jatim. Sehingga nama Soehadi Moeljono yang ikut penjaringan ‘gaduh’ di Partai Demokrat Bojonegoro sebagai bakal calon bupati, kemudian diklaim berpasangan dengan Ketua DPD Golkar Bojonegoro Mitroatin, boleh mungkin cantik?

Hanya saja sebagai pembanding, bagaimana ngototnya sikap Soekarwo, Ketua DPD Partai Demokrat Jatim, di Hotel Singgasana, Surabaya (1/11/2017), meminta agar wakil Khofifah harus dari kader Demokrat, karena alasan fatsun politik?

“Sebab Demokrat adalah suara terbanyak yang diberikan untuk kursi cawagub,” jelasnya.

Pun, semangat mengusung kader sendiri itu telah koheren dilakukan oleh Partai Demokrat Bojonegoro. Muncul dua nama yang mendaftar bakal calon bupati dari kader Demokrat, yakni Sukur Priyanto, dan Fauzan. Bahkan, dua petinggi partai Demokrat kabupaten ini bersaing sengit untuk mendapatkan rekomendasi bakal calon bupati untuk dirinya. Sementara, Soehadi Moeljono sebagai jagonya Bupati Suyoto adalah pejabat sekretaris daerah.

Kelemahan tambahan bagi koalisi Soehadi Moeljono juga belum terurai di tubuh Golkar. Bakal calon wakil bupatinya, yakni Mitroatin masih bertarung dengan Diana Hargianti, wakil sekretaris DPD Golkar Bojonegoro untuk mendapatkan rekomendasi bakal calon bupati atau wakil bupati.

Dalam lingkup sempit dan waktu lebih singkat yang dilakukan Suyoto mendorong Kuswiyanto, sekaligus Soehadi Moeljono sebagai dua ‘kuda tunggangan’ sama-sama bakal calon bupati pengganti dirinya apa bisa disebut taktik doble attack?

Sentimen politik tajamnya perseteruan Masfuk selaku Ketua DPW PAN Jatim, dengan Suyoto dan Kuswiyanto jelas tidak semakin mencair. Digadang-gadangnya nama Masfuk oleh Ketua Umum DPP PAN untuk disandingkan dengan Khofifah, menyempurnakan amblesnya nilai tawar Suyoto di internal PAN. Lalu bagaimana dengan Kuswiyanto yang pernah sebentar menjadi sekjennya Masfuk lalu dipecat, tetapi saat ini tetap mengatakan dirinya sebagai bacabup satu-satunya dari PAN?

Fakta dalam politik itu terdiri dari asumsi dan opini menjadi fakta. Ketika berbicara dignity, Suyoto dan Kuswiyanto jelas kartu mati PAN? Sedang Soehadi Moeljono hanya kertas layang-layang mainan Suyoto yang tidak bisa dipanjar?

Thing big is true, but focus big is better?

(bersambung): Penulis adalah wartawan dan aktivis kebudayaan.

 

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar