Palestina: Tuduhan Penggunaan Bom Fosfor Putih oleh Israel di RS Al Shifa

rakyatnesia.com – Menteri Kesehatan Palestina, Mai al-Kaila, menuduh pasukan Israel menggunakan senjata fosfor putih saat menyerang RS Al Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza.

Senjata fosfor putih termasuk dalam kategori senjata kimia yang dilarang oleh hukum internasional. Tuduhan ini muncul ketika pasukan Israel dikabarkan mengepung RS Al Shifa dengan menggunakan drone dan tank, dan dilaporkan menembaki siapa saja yang bergerak di dalam dan di sekitar area medis tersebut.

“Ini adalah senjata yang secara internasional dilarang. Kami mempertanyakan siapa yang akan bertanggung jawab dan menghukum Israel atas penembakan menggunakan fosfor putih di Rumah Sakit Al-Shifa ini,” ungkap Al Kaila dalam konferensi pers di Ramallah, pusat pemerintahan Palestina, pada Sabtu (11/11).

Ia menegaskan bahwa pasukan Israel sedang melakukan “genosida” di Gaza.

“Kematian yang tidak dapat dihindari telah menjadi nasib para pasien di rumah sakit di Gaza – dan kami menganggap Israel, PBB, dan komunitas internasional bertanggung jawab atas hal ini,” ucap Al Kaila seperti dikutip Al Jazeera.

Kelompok hak asasi manusia menuduh Israel menggunakan fosfor putih di Gaza dan Lebanon selama sebulan terakhir. Namun, Israel bersikeras membantah tuduhan tersebut.

Direktur Kementerian Kesehatan Jalur Gaza Palestina, Monir al-Barsh,mengatakan kondisi Rumah Sakit Al Shifa kian parah setelah dikepung drone hingga tank-tank Israel sejak Jumat (10/11) malam waktu setempat.

Pengepungan ini membuat kompleks RS Al Shifa dalam kondisi terisolasi total dari dunia luar. Al-Barsh menjelaskan “benda gerak apa pun” di sekitar RS Al Shifa bakal menjadi target tembakan Israel.

“Kami tidak bisa bergerak di dalam atau di luar batas rumah sakit. Kami dikepung, kami tak bisa mengubur orang meninggal,” ujar Al-Barsh, seperti diberitakan Al Jazeera pada Sabtu (11/11).

Pertempuran sengit disekeliling kompleks RS Al Shifa membuat petugas medis hingga pasien tidak bisa keluar masuk rumah sakit. Hal ini menyebabkan semakin banyak pasien yang tidak tertolong dan meregang nyawa.

“(Ini membuat) kita akan menggali kuburan massal di dalam kompleks rumah sakit,” lanjutnya.

Menurut laporan jurnalis Mustafa Sarsour, satu-satunya jurnalis yang tersisa di kompleks RS itu, drone dengan jumlah tak sedikit itu terus berterbangan di kompleks rumah sakit.

Drone tanpa awak itu menargetkan semua orang yang bergerak di dalam maupun luar rumah sakit. Sarsour bahkan menyaksikan satu keluarga yang terbunuh setelah mencoba meninggalkan kompleks RS.

“Satu keluarga mencoba meninggalkan kompleks tersebut dan ketika mereka meninggalkan gerbang luar, mereka semua terbunuh,” kata Sarsour dalam laporannya yang diterjemahkan.

Al Shifa merupakan salah satu rumah sakit di Gaza yang namanya bermakna “rumah penyembuhan”. Al Shifa merupakan rumah sakit terbesar dan terluas di Gaza.

RS ini mampu menampung 700 pasien dalam keadaan normal. Namun, sejak perang pecah antara kelompok milisi Hamas Palestina dan militer Israel, kapasitas Al Shifa membludak.

Berdasarkan laporan Doctors Without Borders, RS Al Shifa kini menampung 5 ribu pasien yang dipenuhi oleh korban pengeboman Israel.

Exit mobile version