rakyatnesia.com – Sejumlah warga Gaza yang bekerja di Israel telah memberikan kesaksian tentang pengalaman mereka yang mengatakan bahwa mereka ditangkap dan disiksa oleh pihak berwenang Israel tak lama setelah pecahnya perang.
Israel menangkap Muqbel Abdullah Al Radia dan sejumlah warga Gaza lainnya setelah serangan Hamas dari darat, udara, dan laut pada tanggal 7 Oktober. Para pekerja Gaza kemudian dipanggil untuk diinterogasi terkait serangan tersebut.
Muqbel Abdullah Al Radia mengungkapkan, “Mereka [Israel] menghancurkan kami dan memukuli kami dengan tongkat dan tongkat logam. Mereka mempermalukan kami, dan kami dibiarkan kelaparan tanpa akses makanan atau air.”
Pekerja lain dari Gaza, Zaki Salameh, juga membeberkan pengalaman serupa. Dalam proses interogasi, dia mengalami penyiksaan di kursi listrik selama beberapa hari.
“Israel mengajukan pertanyaan aneh kepada kami. Mereka ingin tahu di mana letak terowongan Hamas, di mana peluncur roket ditempatkan, dan bagaimana anggota Hamas bergerak di sekitar Gaza,” kata Salameh, dikutip Al Jazeera, Selasa (7/11).
Pihak berwenang Israel juga menginterogasi para pekerja mengenai tetangga, daerah pemukiman, hingga siapa saja yang tinggal di sekitarnya. Salameh juga mengatakan Israel mengancam para buruh Gaza dengan penjara seumur hidup.
“Beberapa pemuda disiksa dengan sangat brutal dan dihina,” ungkap Salameh.
Lebih lanjut, Salameh mengungkapkan Israel ingin mengetahui Operasi Badai Al Aqsa atau Al Aqsa Flood Operation. Ini merupakan operasi yang dilancarkan Hamas untuk menyerang Israel.
Ia bahkan menggambarkan pertanyaan yang diajukan Israel sangat konyol. Mereka, lanjut Salameh, tahu betul siapa pekerja-pekerja dari Gaza ini.
“Dan, jika kami punya hubungan dengan Hamas, kami bahkan tak akan diberi izin kerja,” ujar dia.
Pasukan Israel juga sempat menahan pekerja Gaza ke penjara Offer selama 20 hari sebelum dibebaskan.
Beberapa pekerja Gaza merasa takut dan kelelahan mental usai sikap Israel yang demikian rupa. Mereka juga khawatir dengan keluarga yang ada di Jalur Gaza lantaran pasukan Zionis menggempur wilayah itu setiap hari.
Cerita Salameh dan warga Gaza lain muncul usai Israel melepas 3.200 pekerja dari Gaza ke daerah kantong pantai melalui penyeberangan Karem Shalom.
Pemulangan mereka terjadi tak lama usai pemerintah Israel menyatakan para pekerja dari Gaza tak lagi diberi izin kerja.
Mereka bisa bekerja di sebuah kota di Israel usai mengantongi izin dan melalui pemeriksaan keamanan yang ketat oleh tentara dan intelijen Israel.
Usai pemeriksaan latar belakang selesai, setiap pekerja dipastikan sebagai warga sipil yang tak punya afiliasi politik dengan Hamas.
Sejauh ini sekitar 18.500 warga Gaza memiliki izin kerja di luar Jalur Gaza.
Media pemerintah Israel melaporkan pemerintahan Benjamin Netanyahu memutus semua kontak dengan Gaza. Para pekerja dari Gaza yang di hari saat perang pecah ada di Israel juga akan dikembalikan ke wilayah asalnya.
“Tak akan ada lagi pekerja Palestina yang berasal dari Gaza,” lanjut mereka. Namun, banyak di antara mereka yang masih belum diketahui kabarnya.