Surat Untukmu yang Tidak Percaya Agama dan Tuhan Huruf Arab Dan Latin

wtnh


“Harusnya agama tidak perlu ada agar dunia ini damai. Agar manusia tidak saling membedakan!”

Begitu katamu. Bisakah kita duduk sejenak untuk bermain data dan logika?

Menganggap agama perlu dihilangkan sama saja menganggap Tuhan tidak ada. Atheisme. Ini sebuah pandangan yang amat renta, kuno. Atheisme kuno katakan, kita ini tidaklah mati kecuali oleh waktu. Kita ada dengan sendirinya dan mati dengan sendirinya.

Tidak, tidak. Di sini tidak akan membahas sisi bagaimana filsafat materialisme ini dikembangkan oleh Friedrich Engels, Karl Marx dan Darwin hingga menjadi gerakan komunis.

Sebelum masuk data historis, coba engkau bayangkan bagaimana jika Jakarta yang metropolis ini jalan rayanya tidak ada aturan lalu lintasnya? Bahkan belakangan ada peraturan ganjil genap untuk pengguna kendaraan bermotor. Meski sudah ada peraturan tetap saja akan tetap macet, apa lantas mengatakan “Tiadakan saja peraturan lalu lintas agar kendaraan berjalan secara alami tanpa perbedaan!”

Semrawut! Ya begitu kondisinya. Tanpa peraturan lalu lintas, tanpa adanya lalu lintas, tanpa ada aturan pemakaian pelindung kepala maka akan terjadi kecelakaan dimana-mana.

Hal yang serupa pun terjadi bila tidak ada agama, Manusia tidak punya pegangan, tidak punya aturan, hukum dan norma. Satu sama lain tidak menemui titik temu jika terjadi friksi.

Sejarah mencatat, di zaman Babilonia kuno ketika manusia dipimpin oleh raja atheis bernama Namrud. Manusia masa itu mengalami penindasan yang semena-mena dari Namrud. Di Mesir kuno, ada satu kepingan dimana Fir’aun tidak mengakui adanya Tuhan. Fir’aun seenak udelnya membuat peraturan, memperbudak manusia dengan riangnya dan membunuhi manusia. Bahkan ada kepingan dia memerintahkan untuk membunuh bayi-bayi Bani Israel. Membunuh bayi yang lucu dan tak berdosa, masih layak kah disebut manusia? Fir’aun bebas melakukan itu semua karena tidak adanya peraturan, tidak mengakui agama. Jika ini terjadi (lagi), hukum rimba yang ada. Yang kuat akan memberangus yang tak punya daya.

Perlu kau catat, orang laiknya engkau yang tidak mengakui agama dan Tuhan serta komunis, ketika memegang kursi kekuasaan maka akan terjadi bencana kemanusiaan yang mengerikan.

Enam pakar sejarah dalam buku The Black Book of Communism, Crimes, Terror, Repression, memaparkan data-data yang mengejutkan. Dalam waktu 70 tahun rezim komunis-atheis, mereka telah membantai lebih dari seratus juta umat manusia di berbagai negara.

– Pada 1917 hingga 1923 Lenin yang komunis-atheis membantai 500.000 rakyat Rusia.

– Pada 1929, penerus Lenin yakni Stalin membantai 6 juta petani Rusia. dalam rentang satu tahun.

– Pada 1925 hingga 1953, Stalin membantai lebih kurang 40 juta rakyat Rusia.

– Pada 1947 hingga 1976, Mao Zedong yang atheis komunis membantai 50 juta rakyat China.

– Pada 1950-an hingga 1980-an, di Eropa timur 1 juta manusia melayang dibantai rezin atheis dan komunis, dibantu rezim komunis Rusia.

– Di Amerika Latin, di kurun waktu yang tak jauh beda dengan Eropa, 150 ribu orang mati di tangan rezim atheis-komunis.

– Pada 1978 hingga 1987, 1,5 juta rakyat Afghanistan tewas di tangan rezim atheis-komunis Najibullah.

Masih banyak data yang lain, sila kau baca bukunya.

Memang benar ada beberapa kali perang bermotif agama. Tapi jika kau teliti, faktornya tidak pure agama. Korban perang yang bermotif ini perbandingannya jauh sekali dengan pembantaian oleh atheis-komunis.

Mereka yang awam pun bertanya kenapa atheis begitu kejam? Sebab, atheis tidak kenal adanya Tuhan, yang otomatis tidak takut Tuhan. Kasih sayang di hatinya tercabut. Yang jadi aturan hanya ego, hanya nafsu belaka. Ketahuilah, agama itu bukan candu tapi obat.

Tahu sedikit filsafat cenderung membawa pikiran manusia kepada Atheisme, namun pemahaman yang dalam tentang filsafat mengantarkan manusia berpikir tentang Allah. Begitu kata Francis Bacon. [Paramuda/BersamaDakwah]

Exit mobile version