Mengapa Jalur Gaza Palestina Menjadi Sasaran Serangan Israel dalam Konflik dengan Hamas?
rakyatnesia.com – Israel saat ini tengah bersiap untuk melancarkan serangan yang lebih intensif terhadap Jalur Gaza Palestina, sebagai respons terhadap konflik berkelanjutan antara Israel dan kelompok Hamas yang pecah sejak Sabtu, 7 Oktober lalu.
Dampak kemanusiaan di Gaza semakin memprihatinkan seiring berlanjutnya konflik. Puluhan ribu warga Palestina di wilayah tersebut menghadapi ancaman kekurangan pasokan air, listrik, bahan bakar, dan makanan akibat blokade dan serangan yang dilakukan oleh Israel.
Tidak hanya mengintensifkan serangan di Gaza, Israel juga telah memerintahkan penghuni wilayah tersebut, terutama di bagian utara, untuk mengungsi, dengan niatan untuk melakukan serangan yang lebih luas guna menghancurkan kelompok Hamas.
Jalur Gaza adalah salah satu bagian dari wilayah Palestina selain Tepi Barat. Jalur Gaza terletak di timur Pantai Mediterania yang langsung berbatasan dengan Israel di sebelah timur utara dan mesir di selatan.
Wilayah seluas dua kali Ibu Kota Washington D.C, Amerika Serikat, itu dihuni oleh lebih dari dua juta jiwa.
Sekitar 98,99 persen warga penghuni Jalur Gaza beragama Islam dengan 50 persen populasinya berusia di bawah 18 tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Jalur Gaza terus berada dalam blokade Israel dan Mesir sejak 2007 lalu setelah kelompok Hamas menduduki secara paksa wilayah itu melalui perang saudara.
Perang saudara tersebut pecah antara Hamas dan Fatah, dua faksi besar Palestina yang mendominasi pemerintahan Palestina.
Perang ini pecah setelah Hamas secara mengejutkan mengalahkan Fatah dalam pemilihan parlemen Palestina pada 2006. Akibat perang, Palestina terbagi menjadi dua wilayah yakni Tepi Barat yang dikuasai Fatah yang kini memimpin pemerintah otoritas Palestina, sementara Jalur Gaza dikuasai oleh Hamas.
Hamas merupakan salah satu partai politik Palestina yang terbentuk pada 1987 dan memiliki sayap militer. Hamas menjadi partai Palestina yang paling keras menentang pengakuan dan pendudukan Israel.
Tak seperti Fatah dan organisasi politik Palestina lainnya, Hamas menolak mentah-mentah berhubungan dan menolak berdamai dengan Israel.
Kelompok ini mengaku bertanggung jawab atas berbagai serangan senjata yang diluncurkan ke Israel selama bertahun-tahun dari Gaza. Karena itu, Israel kerap menjadikan Jalur Gaza sasaran serangan udara lantaran markas sekaligus wilayah yang dikuasai Hamas.
Mengikuti Israel, Uni Eropa dan Amerika Serikat bahkan menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris.
Pada 2021, Hamas vs Israel juga sempat terlibat peperangan yang berlangsung 11 hari setelah pasukan negara Zionis menyerbu Al Aqsa. Peperangan itu menewaskan 250 orang di Gaza dan 13 orang di Israel.