Lanjutan dari Hukum Membuat Patung, Haramkah?
Terkait kaum Nabi Nuh, Allah Ta’ala berfirman, “Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya‘uq dan Nasr.” (QS. Nuh: 23).
Itu semua adalah nama patung yang berasal dari nama orang-orang shalih di kalangan mereka, yang bertujuan untuk memperingati dan memuliakan mereka.
Lihatlah bagaimana akibat yang ditimbulkan dari membuat patung peringatan berupa makhluk bernyawa, yaitu perbuatan syirik kepada Allah Ta’ala dan mengingkari rasul-Nya.
Hal tersebut menyebabkan mereka dibinasakan dengan angin topan, mereka dibenci Allah Ta’ala dan para makhluk-Nya.
Hal ini menunjukkan bahwa membuat patung dan membangun tugu peringatan berupa makhluk bernyawa, adalah perbuatan yang membahayakan sisi akidah.
Oleh karena itu, nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melaknat orang-orang yang menggambar (membuat patung), dan memberitahukan bahwa orang tersebut adalah orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga memerintahkan untuk menghapus gambar dan menghancurkan patung, dan mengabarkan bahwa malaikat tidak akan masuk ke rumah yang terdapat gambar di dalamnya.
Itu semua untuk menghindarkan kerusakan dan bahaya yang ditimbulkannya terhadap masyarakat dalam sisi akidah. Sebagaimana yang kita sebutkan di atas, bahwa awal mula terjadinya perbuatan syirik di bumi, menggambar dan menempelkan gambar tersebut, baik berbentuk foto atau pun patung di tempat perkumpulan, lapangan, atau taman.
Hal itu diharamkan menurut syariat, karena merupakan jalan menuju kemusyrikan dan rusaknya akidah seseorang.
Jika kaum kafir saat ini melakukan perbuatan tersebut, karena mereka tidak mempunyai akidah yang harus dijaga, maka kaum muslimin tidak boleh menyerupai mereka dalam hal ini, demi menjaga akidah yang merupakan sumber kekuatan dan kegembiraan bagi mereka.
Ya Allah, hidupkan kami dalam kesenangan dengan bertauhidan matikan kami dalam kesyahidan dengan bertauhid.
Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]