Berita

Prora Solitaire Apartments & Spa: Transformasi dari Bekas Kamp Liburan Adolf Hitler Menjadi Tujuan Wisata Populer

rakyatnesia.com – Bekas kamp liburan yang dulu dimiliki oleh Adolf Hitler kini mendapat perhatian yang signifikan sebagai destinasi wisata yang menarik.

Para turis dari berbagai penjuru dunia kini memadati tempat ini dengan biaya bermalam sekitar 100 pound sterling atau setara dengan Rp1,8 juta.

Tetapi, bagaimana sebenarnya sejarah Prora Solitaire Apartments & Spa, yang dulunya adalah kamp liburan milik Adolf Hitler, berubah menjadi tujuan wisata yang diminati?

Dilansir dari situs History of Yesterday pada Senin, 25 September 2023, Prora Solitaire Apartments & Spa saat ini dijuluki sebagai hotel terbesar di dunia dengan 10.000 kamar.

Resor liburan megah ini awalnya dibangun oleh pemerintahan Nazi Jerman di Pulau Rugen, Laut Baltik, Jerman Utara, antara tahun 1936 dan 1939.

Maksud dari pembangunan kompleks ini adalah untuk memberikan warga Jerman kesempatan berlibur di tepi laut tanpa perlu melancong ke luar negeri.

Sejak Adolf Hitler menduduki jabatan Kanselir Jerman pada tahun 1933, ia membuat banyak janji kepada para pendukung Partai Nazi.

Baca Juga  Kisah Bursa Transfer Serie A : Nakata, Sebuah Lompatan Keyakinan di Perugia

Tujuan utama selain mengintegrasikan rezim fasis ke dalam Jerman adalah memberikan kualitas hidup terbaik bagi penduduk Jerman. Menurut Hitler, kerja keras mereka harus dikompensasi dengan cara tertentu.

Jerman mengalami pertumbuhan pesat pada tahun 1930-an dan negara tersebut tidak memiliki banyak resor liburan. Ketika itu, semua orang merasa bosan pergi ke lereng gunung untuk berlibur sehingga Hitler berpikir bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk menyenangkan semua orang dengan liburan di tepi laut.

Ide Adolf Hitler kemudian muncul dari Pulau Rugen yang menjadi permata tersembunyi di Jerman selama musim panas. Ia berniat untuk membuat resor yang luas agar bisa dinikmati setiap warganya.

Sebagai bentuk ucapan terima kasih atas kesetiaan dan kerja keras warganya dalam memperkuat perekonomian negara, Hitler mengizinkan setiap keluarga di Jerman untuk berlibur selama seminggu di resor tersebut secara gratis. Namun, tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana aturan tersebut diterapkan.

Biaya pembangunan proyek resor tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 237,5 juta Reichsmark (mata uang Jerman saat itu) atau setara dengan USD 59 juta, dan jika mengikuti inflasi terkini sekitar USD 1,1 miliar.

Baca Juga  Prediksi Skor Jerman vs Belanda, Jadwal Nations League, 15 Oktober 2024

Proses pembangunan resor dimulai pada tahun 1936 dengan lebih dari 9.000 pekerja dan hampir selesai pada musim panas tahun 1939.

Dengan dimulainya Perang Dunia II pada 1 September 1939, konstruksi tersebut ditunda dan tidak pernah disentuh lagi sejak saat itu. Tidak seorang pun di abad ke-20 yang berkesempatan menggunakan resor liburan ini.

Selama sekitar 70 tahun terakhir, resor dan seluruh infrastrukturnya dibiarkan membusuk. Hal ini terjadi hingga tahun 2016, ketika pemerintah Jerman mulai menjual bangunan-bangunan ini karena rasa malu untuk memperkuat pariwisata di Jerman.

Salah satu blok yang belum selesai ini dijual dengan harga sekitar USD 500.000 dolar. Kebanyakan investor kemudian mengembangkannya menjadi hotel.

Hotel pertama yang dibuka di Prora dari kompleks Blok besar adalah Blok 2 milik Prora Solitaire Hotel pada musim panas 2016.

Pada tahun 2017, beberapa blok dibangun kembali dan dijual kepada masyarakat sebagai rumah susun.

Mengutip situs DailyStar.co.uk, seorang wisatawan Inggris menulis tentang penampakan Prora Solitaire Apartments & Spa: “Jika Anda ingin menginap di kamp liburan sebelum perang, Anda bisa!”

“Dibangun pada tahun 1930-an dan kemudian ditinggalkan, ini adalah bagian Gedung Prora yang baru diubah, sebuah bangunan besar sepanjang 8 km di pantai timur Pulau Rugen di Baltik.”

Baca Juga  How to target the right people for WhatsApp broadcast?

Yang lain menambahkan: “Kami bersenang-senang sebagai sebuah keluarga di Rugen. Gedung KDF (Kraft durch Freude) telah dipugar secara besar-besaran dan berlokasi sempurna di pusat kota untuk dijadikan rencana perjalanan. Ada tempat makan enak (toko burger) dan toko roti enak yang buka setiap hari.”

Tamu lain menambahkan: “Secara keseluruhan bagus. Apartemen yang luar biasa indah dengan pemandangan air. Seluruh kompleks dan apartemen sangat terawat dan bersih.”

Adolf Hitler berencana memberikan hari libur yang terjangkau bagi para pekerja sebagai bagian dari proyek Strength Through Joy (Kraft durch Freude). Setelah perang, kompleks ini digunakan sebagai pangkalan militer oleh Tentara Merah (sebutan untuk tentara Uni Soviet) dan kemudian militer Jerman Timur.

Situs ini merupakan salah satu peninggalan Nazi terbesar yang tersisa di Jerman dan secara resmi terdaftar pada tahun 1994.

Katja Lucke, kepala sejarawan museum swasta di situs tersebut mengatakan tentang sejarahnya bahwa itu adalah tempat 20.000 orang dipersiapkan untuk bekerja dan berperang.

Katja Lucke menambahkan bahwa keterangan saksi menunjukkan antara 500 dan 600 pekerja paksa bekerja di kompleks tersebut.​

Panjoel Kepo

Jurnalis Media Rakyatnesia.com berpengalaman dari Kota Soto Lamongan, Lihai menulis berbagai macam informasi, mulai dari olahraga, entertainment, Musik dunia viral media sosial dan berbagai macam lainnya.

Related Articles

Back to top button