Membaca Surat As-Sajdah Dalam 2 Rakaat Subuh Hari Jum’at, Bolehkah? Huruf Arab Dan Latin
Salah satu sunnah yang dilakukan pada hari Jum’at adalah membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan (Ad-Dahr) dalam shalat subuh. Dua surat ini dibaca masing-masing dalam satu rakaat.
Dalam rakaat pertama, ketika selesai dari membaca ayat 15 dari surat As-Sajdah, disunnahkan untuk sujud yang disebut dengan sujud tilawah. Itulah sunnah yang termaktub dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Di beberapa tempat, sunnah ini mulai dilupakan dengan beragam alasannya.
Sebagian imam masjid ada yang membaca separuh surat Al-Insan pada rakaat pertama dan separuhnya pada rakaat kedua. Ada pula yang membaca separuh surat As-Sajdah pada rakaat pertama dan separuhnya pada rakaat kedua.
Di samping itu, ada pula yang membaca separuh surat As-Sajdah pada rakaat pertama dan separuh surat Al-Insan para rakaat kedua.
Apakah amalan mereka ini benar? Apakah boleh kita katakan bahwa amalan mereka ini bid’ah?
Dalam situs islamport kanal fatwa disampaikan jawaban berikut ini,
Kita tidak bisa memvonis bahwa perbuatan para imam tersebut bid’ah, namun kita katakan bahwa mereka memain-mainkan perbuatan sunnah.
Kenapa? Sebab, jika mereka benar-benar mengikut sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, seharusnya mengerjakan apa dikerjakan beliau.
Terkait hal ini, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah pernah mengatakan bahwa orang-orang yang memain-mainkan sunnah itu adalah orang-orang bodoh.
Di sini dapat kita katakan, jika engkau sanggup, maka bacalah surat As-Sajdah pada rakaat pertama dan surat Al-Insan pada rakaat kedua.
Jika tidak sanggup, maka bacalah surat lain dari Al-Qur`an, agar engkau tidak memotong-motong dan mempermainkan sunnah.
Jika ada yang bertanya, bukankah surat apapun yang dibaca pada shalat subuh di hari Jum’at, shalat tetap sah?
Kita jawab, iya. Namun, perbuatan membagi bacaan surat As-Sajdah dalam dua rakaat subuh perlu dalil. Sepengetahuan penulis, belum ada dalil tentang hal itu.
Riwayat yang berasal dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada shalat subuh di hari Jum’at adalah beliau membaca surat As-Sajdah pada rakaat pertama dan surat Al-Insan pada rakaat kedua.
Pilihannya hanya dua, membaca seperti bacaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam atau membaca surat lain sama sekali.
Namun, jika Anda memotong-motong surat yang disunnahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam maka itu tentunya perbuatan yang menyalahi sunnah.
Oleh karena itu, kerjakanlah petunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan jadilah engkau seorang tegas dan tegar mengerjakan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Sebagian imam masjid ada yang mengatakan,
“Jika saya membaca surat As-Sajdah dalam rakaat pertama dan surat Al-Insan dalam rakaat kedua, maka akan ada jamaah yang protes,
‘Kenapa engkau memanjangkan bacaan shalat bersama kami? Bukankah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah memarahi Mu’adz Radhiyallahu Anhu yang memanjangkan bacaannya bersama jamaah yang shalat?”
Ada pula yang beralasan,
“Jika imam membaca dua surat tersebut, kami akan terlambat datang ke tempat kerja.”
Di sini perlu kita luruskan, apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah keringanan bagi umatnya, sekalipun beliau membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan dalam shalat subuh pada hari Jumat.
Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu pernah mengatakan,
“Saya tidak pernah shalat di belakang imam yang mana shalatnya paling ringan dan paling sempurna selain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.”
Jadi, segala sesuatu yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hendaklah kita ikuti semampu kita. Jika tidak sanggup melakukan satu perbuatan sunnah, maka kerjakanlah perbuatan sunnah yang lain. Wallahu A’lam.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]