Kondisi Darurat: Kamar Jenazah Penuh, Libya Kesulitan Mengubur Korban Banjir
rakyatnesia.com – Libya saat ini menghadapi krisis banjir yang terus berlanjut, dan korban-korban yang terus bertambah jumlahnya telah membuat kamar jenazah di rumah sakit setempat menjadi penuh sesak.
Situasi ini telah menghadirkan tantangan serius bagi otoritas setempat yang kewalahan dalam upaya menguburkan para korban.
Staf rumah sakit dan pejabat yang bertanggung jawab atas kawasan timur Libya melaporkan bahwa kamar mayat telah mencapai kapasitas maksimal, dan rumah sakit itu sendiri tidak dapat digunakan untuk merawat mereka yang selamat dari bencana ini.
Sebagai mayoritas penduduk Libya menganut agama Islam, hukum dan syariah agama ini mengamanatkan bahwa orang yang meninggal harus segera dikuburkan, idealnya dalam waktu tiga hari.
Adel Juma, Menteri Negara Urusan Kabinet Libya, mengungkapkan bahwa tim darurat saat ini tengah berupaya keras untuk mencari korban yang masih hilang dan mayat yang terkubur di bawah reruntuhan akibat banjir tersebut.
Upaya penyelamatan dan pencarian korban menjadi prioritas utama dalam situasi ini, sementara keterbatasan fasilitas kesehatan dan tempat pemakaman menciptakan tantangan tambahan yang harus diatasi.
“Komite Martir (dibentuk) untuk mengidentifikasi orang-orang yang hilang dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi dan mengubur mereka sesuai hukum dan syariah,” kata Juma, dikutip CNN, Rabu (13/9).
Libya bagian timur, terutama Derna, dilanda banjir bandang usai hujan deras dan Badai Daniel menghantam daerah tersebut.
Banjir kian parah dan menjadi bencana mematikan usai dua bendungan di Derna hancur.
Sejauh ini, setidaknya 5.300 orang tewas. Para pejabat juga mengatakan setidaknya 10.000 orang dilaporkan hilang atau tewas.
Juru bicara pihak berwenang Libya timur, Tariq Kharaz, menyebut 3.200 jenazah sudah ditemukan. Dari jumlah ini, 1.100 di antaranya belum teridentifikasi.
Menteri penerbangan sipil Libya timur, Hichem Abu Chkiouat, kemudian meminta komunitas internasional untuk memberikan bantuan karena Libya tak punya pengalaman menangani dampak bencana.
Operasi penyelamatan di Libya tampak rumit karena perpecahan politik usai Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011. Negara ini kemudian terbagi menjadi dua bagian.
Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang diakui secara internasional memimpin Libya bagian barat, sementara pemerintahan paralel beroperasi di timur, termasuk Derna.