Wabah Cacar Monyet, Masyarakat Dihimbau Tidak Panik Tapi Tetap Waspada

Sukisno

Bagikan

SURABAYA (RAKYATNESIA) – Belakangan ini, dunia medis dan kesehatan tengah dihebohkan dengan penyebaran wabah cacar monyet di beberapa negara. Penyakit yang berasal dari infeksi virus ini disebabkan oleh virus langka dari hewan, dengan gejala umum yang hampir mirip dengan penyakit cacar.

Dr. dr. Dhelya Widasmara, SpKK (K) dari Universitas Brawijaya Malang, Rabu (27/7/2022) menjelaskan, bahwa gejala cacar monyet manusia mirip dengan gejala cacar air pada umunya, tetapi cenderung lebih ringan.

“Yang membedakan adalah, pada cacar monyet didapatkan pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati),” jelasnya.

Ditambahkan oleh dokter kulit yang berfokus pada infeksi tropik ini, Monkeypox tanda dan gejalanya  yang muncul bergantung pada fase penyakit ini, yang pertama fase prodromal (yang menunjukkan gejala),  dimana Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Kemenkes RI, gejala awal pada fase prodromal antara lain:  penderita akan mengalami Demam yang disertai dengan Sakit kepala yang terkadang terasa hebat, Nyeri otot, Sakit punggung,

Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati) yang dirasakan di leher, ketiak, atau di area selangkangan, badan panas dingin bahkan kelelahan dan lemas. Sedangkan pada fase erupsi terjadi saat 1-3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah fase prodromal. Pada fase erupsi timbul ruam atau lesi pada kulit. Biasanya, ruam atau lesi ini dimulai dari wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap, terangnya.

Kemudian, ruam atau lesi pada kulit ini akan berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (maculopapular), lepuh yang berisi cairan bening atau nanah, lalu mengeras atau keropeng hingga akhirnya rontok. Gejala cacar monyet akan berlangsung selama 2−4 minggu sampai periode lesi / ruam kulit tersebut menghilang.

“Penularan virus monkeypox terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan hewan, manusia, atau bahan yang terjangkit atau terkontaminasi virus. Kemudian virus masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit atau luka yang sangat kecil (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).” Ungkapnya.

Sedangkan  Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, kontak langsung dengan cairan tubuh atau material dari lesi (seperti darah), atau kontak tidak langsung, seperti melalui alas yang terkontaminasi”, terang  dosen yang juga alumni dari FKUB ini.

Penularan antar manusia, imbuhnya,  diperkirakan terjadi terutama melalui droplet (percikan) pernapasan. “Percikan droplet  tidak dapat bertahan lama dan terbang jauh, maka diperlukan kontak tatap muka yang lama. Metode penularan dari manusia ke manusia lainnya termasuk kontak langsung dengan cairan tubuh atau material dari lesi, dan kontak tidak langsung dengan material lesi, seperti melalui pakaian atau linen yang terkontaminasi”, terangnya.

Lebih jauh dr Lala menyampaikan, saat ditanya tentang  bagaimana penanganan awal apabila masyarakat terutama anak-anak yang terjangkit virus  penyakit cacar monyet ini. Menurut saya sebenarnya, monkeypox adalah jenis penyakit yang bisa sembuh sendiri. Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi virus Monkeypox, sehingga pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul.

Tentang masuknya virus ini ke wilayah Malang raya, dokter Spesialis Dermatoveneurologi ini menunjukkan ada kemungkinannya.

“Yang pertama dan paling penting adalah jangan panik. Kedua, , pastikan anak kita telah mendapatkan vaksinasi, dalam hal ini vaksin program pemberantasan cacar (smallpox) yang dapat memberikan perlindungan terhadap monkeypox. Selalu jaga daya tahan tubuh yang kuat dengan istirahat yang cukup, pola hidup sehat, dan kurangi stress. Yang terakhir dan tidak kalah penting adalah selalu berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan dari segala macam penyakit”, tegasnya.

Hingga saat ini belum ada laporan monkeypox di Indonesia, termasuk Malang. Negara di luar Afrika yang pernah melaporkan kasus monkeypox pada manusia terkait riwayat perjalanan dari negara endemis atau hewan import adalah Amerika Serikat (2003), Inggris, Israel (2018) dan Singapura (2019). Pada tanggal 7 Mei 2022 Inggris Raya juga melaporkan adanya 1 (satu) kasus monkeypox pada warga Inggris yang memiliki perjalanan dari Nigeria.

Walaupun kasus monkeypox belum dilaporkan di Indonesia dan bukan sebagai negara endemis dari penyakit ini, kewaspadaan perlu ditingkatkan, mengingat sudah banyak orang Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri, serta negara kita merupakan rumah dari berbagai hewan yang dapat menjadi sumber penularan dari virus ini.

**(Kominfo Jatim/Red).

Bagikan

Also Read