Mengapa Desa Panjunan, Kalitidu, Termasuk 100 Desa Terbaik Se-Indonesia?

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO (RAKYAT INDEPENDEN) – Siapa sangka, jika Desa Panjunan terpilih menjadi 100 desa terbaik Se-Indonesia? Desa yang berada di wilayah Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur itu, kini menjadi perbincangan hangat dimana-mana.

Sebetulnya, apa yang dilakukan oleh Kepala desa (Kades) Panjunan Hj Suhariyati dalam menahkodai Pemerintah desa (Pemdes) ) Panjunan, hingga desanya memperoleh sebuah tempat kehormatan berada di deretan 100 besar desa terbaik Se-Indonesia Versi kementerian Desa (Kemendes) RI, dari jumlah desa dan kelurahan di Indonesia sebanyak 83.184 (74.754 Desa + 8.430 Kelurahan).

Desa Panjunan memiliki jumlah penduduk 2625 jiwa, yang tersebar di 9 RT dan 2 RW itu, merupakan desa kecil yang berdampingan dengan Desa Kalitidu yang merupakan ibukota kecamatan (IKK) Kecamatan Kalitidu. Warganya banyak yang berdagang, pegawai, swasta dan hanya sedikit sekali yang bekerja sebagai petani dan buruh tani, sehingga harus ada upaya yang serius dalam mengelola desa ini.

Adalah Hj Suhariyati sebagai kades dengan dibantu oleh perangkat desa yang ada dan didukung oleh lembaga desanya, yang mampu merubah desa yang biasa saja menjadi luar biasa. Hj Suhariyati merasa setiap harinya, hanya melakukan rutinitas menjalankan roda pemerintahan desa, dengan dibantu para perangkat desa, Ketua RW hingga Ketua RT serta didukung oleh warganya.

Menjalankan kwajiban melayani masyarakat dan membangun desa sesuai dengan rencana yang ada yang tertuang dalam APBDes dalam setiap tahunnya. Dalam menjabat selama 2 (dua) periode dan bakal berakhir pertengahan 2019 mendatang, Kades tekah mampu merampungkan pembangunan jalan desa, sukses ODF 100 persen, TPT, Drainase serta banyak lagi program infrastruktur desa yang tuntas ditangannya.

Baliho APBDes 2018 Desa Panjunan, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur.

Dalam kepemimpinannya yang masuk tahun ke-11 ini, Kades telah berhasil menyelesaikan seluruh pembangunan jalan paving di lingkungan yang ada di wilayahnya. Selanjutnya, kegiatan pembanguan dilanjutkan ke pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT), dan drainase alias saluran air.

Kenapa setelah jalan selesai dibangun, selanjutnya dibangun TPT sebab dengan tembok penahan tanah yang terpasang di kanan – kiri jalan itu, maka kondisi pembangunan jalan akan awet atau tak gampang rusak. Begitu juga dengan saluran air di lingkungan jika sudah macet maka air yang tergenang juga akan membuat jalan menjadi cepat rusak.

“Alhamdulillah, jalan lingkungan sudah selesai atau rampung dikerjakan. Selanjutnya, pembangunan diarahkan ke TPT dan Drainase. Sehingga, lingkungan desa nampak bagus, besih dan indah dipandang mata,” tegas Kades Panjunan Hj Suhariyati, saat ditemui di kantor desa, Senin (16/7/2018).

Saat ini, program pembangunan sudah meningkat ke pemasangan PJU (Penerangan Jalan Umum). Hingga saat ini sudah terpasang di 59 titik yang berada di 4 (empat) Rukun Tetangga (RT). Ke depan akan dilanjutkan, hingga semua linkungan terpasang PJU sehingga kondisi desa bisa terang-benderang.

Dalam kepemimpinannya, program ODF (Open Defecation Free) atau bebas buang air besar sembarangan, juga telah berhasil diselesaikan. Artinya, semua warga di wilayahnya sudah 100 persen memiliki jamban keluarga. Sehingga, tak ada lagi yang buang air besar sembarangan.

Guna meningkatkan olahraga di desanya, Kades ini juga melakukan terobosan dengan menguruk Tanah Kas Desa (TKD) menjadi Lapangan sepakbola. Sehingga, kini tiap sore pemuda di desanya bisa memanfaatkan lapangan tersebut untuk latihan sepakbola serta untuk kegiatan olahraga lainnya.

Hj Suhariyati yang memiliki usaha toko busana muslim itu, juga mengajak warganya untuk mengatasi sampah agar bisa bermanfaat. Sehingga dibuatlah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang berada di utara desa atau di tepi Bengawan solo. Selain bisa membuang sampah, juga bisa menguruk lahan “kemenangan” bengawan solo sehingga nantinya bisa rata dengan lahan rumah-rumah warga.

Guna memanfaatkan sampah bisa menjadi berkah, dibentuk pula Bank Sampah untuk memanfaatkan barang yang sudah tak berguna itu menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dimana, Bank sampah itu berada di bawah pengelolaan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Tak hanya itu, Bank sampah juga bisa menyerap tenaga kerja sehingga memberikan penghasilan bagi warga setempat.

“Sampah warga yang biasanya dibuang sembarangan, kini bisa diambil oleh petugas dan dibawa ke TPA. Untuk sampah yang bisa dimanfaatkan didaur ulang dikelola oleh Bank Sampah sehingga bisa merubah sampah menjadi berkah bagi warga Panjunan,” ungkap Hj Suhariyati.

Lokasi penyeberangan bengawan solo dari Desa Panjunan menuju ke Desa Tulungagung, Kecamatan Malo dipindah agak ke timur. Sehingga bisa memberikan berkah warga sekitar berjualan di area itu. Tak hanya itu, lokasi penyeberangan itu disewakan untuk 2 (dua) tahun sekali memperoleh sewa Rp 40 juta atau setahunnya Rp 20 juta.

Guna mengoptimalkan aliran air Sungai Bengawan solo, program pengairan sawah dengan system pompanisasi atau yang biasa disebut areal, kini dikelola desa sehingga bisa menambah Pendapatan Asli Desa (PAD).

Tak hanya berfikir membangun infrastruktur lingkungan saja, namun juga diberikan perhatian terhadap warga miksin (gakin) di desanya. Ada 8 (delapan) rumah yang diplesterisasi dan 10 rumah yang direhab dengan menggunakan dana antara Rp 6 hingga Rp 15 juta.

“Kami melakukan plesterisasi bagi warga yang kurang mampu sehingga tak mampu dan lantai rumahnya masih dari tanah liat. Sedangkan, warga yang tak mampu dengan kondisi rumah yang tak layak huni, kita lakukan rehab dengan biaya antara Rp 6 juta hingga Rp 15 juta. Tergantung kondisi kerusakan rumah yang direhab,” kata Hj Suhariyati, serius.

Ada kegiatan yang jarang dilakukan oleh desa lain, yaitu memberikan perhatian terhadap ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa) yang ada di desanya. Kader jiwa yang ditangani langsung oleh Kades berhasil mendidik 9 (Sembilan) warga yang mengalami gangguan jiwa.

Sembilan warga yang mengalami gangguan jiwa itu, diperhatikan oleh pemerintah desa layaknya warga biasa. Rumahnya yang rusak juga dipugar dan diberikan bimbingan oleh desa, agar mereka bisa bekerja. Hingga kini, sudah ada 4 (empat) ODGJ yang bekerja dan bisa menghidupi dirinya sendiri.

Program ke depan adalah pembangunan balai dan kantor desa yang bakal di bangun di lahan milik desa yang berada di Jalan Raya Panjunan atau tepatnya di timur Pasar Daerah Kalitidu. Rencananya, akan dibangun dua lantai dengan anggaran sebesar Rp 800 juta. Di Tahun 2019 ini, akan diawali pembangunan dengan modal awal sekitar Rp 80 juta.

“Ada yang menjadi pemikiran saya, pengen meningkatkan SDM warga dengan cara melkaukan pelatihan-pelatihan. Jika mereka memiliki kemampuan atau ketrampilan maka mereka akan bisa memiliki keahlian yang menghasilkan. Sehingga bisa menjadi pekerjaan minimal memberikan tambahan income rumah tangga sehingga warga Desa Panjunan bisa makmur dan makin sejahtera,” katanya sambil berharap.

**(Kis/Advertorial).

Bagikan

Also Read

Tags

Tinggalkan komentar