ZTE: Membangun Ekosistem 5G yang Kuat Merupakan ‘Kunci’ Keberhasilan Rakyatnesia

Jakarta, Rakyatnesia – Jaringan super cepat generasi ke-5, atau 5G menajdi harapan baru bagi Indonesia, karena dinilai mampu menjadi solusi untuk mengakhiri kesenjangan, sekaligus mempercepat transformasi digital di masyarakat.

Richard Liang President Director ZTE Indonesia kepada Selular menjelaskan, 5G dapat membawa nilai tambah bagi negara pada hal-hal mendasar seperti mengakhiri kesenjangan digital di masyarakat, karena 5G menyediakan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan 4G, dan lebih mudah untuk mengimplementasikan fixed broadband pada jaringan tersebut.

“Bahkan teknologi 5G juga memungkinkan akses internet berkualitas tinggi ke setiap penumpang penerbangan di Indonesia. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia dapat memimpin kawasan untuk membawa broadband ke udara, atau memperkuat daerah perbatasan misalnya, yang dimana broadband berkualitas tinggi yang terjangkau itu belum tersedia di sana. Dan tentu saja, dalam gambaran yang lebih besar, 5G dapat membantu mempercepat transformasi digital di berbagai industri, layanan publik, pendidikan dan sebagainya,” terang Richard, Senin (17/7).

Baca juga: Ini Dia Langkah Ideal untuk Cegah Peredaran Kartu SIM Ilegal  

Sehingga menurutnya pada tahap awal pengenalan 5G, penting bagi para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dan bersama-sama mulai membangun ekosistem 5G yang kuat. “Dan mulai memastikan bahwa seluruh bangsa dapat menikmati manfaat dari teknologi jaringan super cepat tersebut,” sambungnya.

Untuk menuju hal itu, kuncinya ialah membangun ekosistem 5G, yang dimana mencakup komponen seperti jaringan, perangkat, kasus penggunaan/aplikasi.

Baca juga: Smartphone Outdoor 5G Nokia Semakin Dekat Peluncuran

Richard pun menyoroti dua hal yang pertama, 5G untuk memiliki jaringan yang kuat dan kompetitif, operator perlu mendapatkan bandwidth spektrum yang cukup untuk menjalankan jaringan 5G mereka.

“Namun saat ini spektrum mereka yang ada sedang digunakan sepenuhnya untuk menyediakan layanan 2G/3G/4G. Tidak seperti pengenalan 4G yang dapat dicapai dengan memperbaharui atau memanfaatkan spektrum yang ada, pengenalan 5G umumnya membutuhkan bandwidth spektrum baru dan besar.  Hal kedua adalah kasus penggunaan/pengembangan aplikasi, jujur ini adalah proses yang rumit dan membutuhkan komitmen kuat dari banyak pelaku industri untuk mewujudkannya,” terangnya.

Kemudian untuk menyediakan cakupan 5G di seluruh negeri, penyedia layanan harus mendapatkan campuran spektrum frekuensi yang tepat. Salah satu komponennya adalah spektrum frekuensi di bawah 1GHz, yang cocok untuk memberikan jangkauan yang luas, terutama di lingkungan pedesaan dan mampu menembus di dalam ruangan.

Baca juga: Implementasi 5G di Indonesia, Tri Tunggu Alokasi Spektrum Frekuensi dari Pemerintah

“Lalu seperti yang kita ketahui bersama, migrasi TV analog ke digital atau ASO telah mengalami kemajuan. Setelah selesai nanti, pita 700MHz akan tersedia untuk layanan broadband seluler. Dan kami berharap penyedia layanan akan memilih teknologi 5G. Kami senang melihat bahwa 700MHz sedang direncanakan dalam rencana strategis 2020-2024 oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Dan untuk wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), kami percaya dukungan dari pemerintah sangat penting dalam hal ini, dan kami menyarankan agar pemerintah dapat mempertimbangkan teknologi 5G dalam kerangka pembangunan jaringan masa depan, karena satelit dengan throughput tinggi akan memainkan peran utama untuk menyediakan backhaul secara efisien untuk base station 5G di area 3T,” tandas Richard.

 

sumber artikel : Selular. id

Exit mobile version