BOJONEGORO (RAKYAT INDEPENDEN) – Meninggal dunia mendadak, kembali menimpa warga di wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur. Kali ini, dialami oleh Suhadi (44), seorang laki-laki, pekerjaan petani, yang tinggal di Dusun Delingan, Desa Manukan, RT 001, RW 001, Kecamatan Gayam, Bojonegoro.
Kejadian, meninggalnya Suhadi (44) itu, berawal saat korban memulai bekerja menjalankan hand tractor alias traktor tangan di sawah miliknya sendiri, Minggu (7/7/2019) sekira pukul 08:00 WIB.
Seorang saksi Utomo (35) asal Dusun Delingan, yang juga berada di Desa Manukan itu, melihat korban kelelahan dan beristirahat di pematang sawah sekira pukul 10:00 WIB. Kepada saksi yang berjarak sekitar 15 meter itu, korban mengatakan bahwa dirinya sedang tak enak badan.
Saat saksi memanggil korban untuk kembali menjalankan traktornya, ternyata korban sudah tak menjawabnya. Selanjutnya, saksi datang mendekati korban ternyata diketahui korban sudah tak sadarkan diri.
Kemudian, saksi memanggil warga yang sedang berada di sekitar sawah korban untuk mengusung korban ke rumah duka sebab saat kondisi korban di ceck, ternyata korban sudah tak bernyawa lagi alias sudah meninggal dunia.
Kapolsek Gayam AKP Harjo,SH, kepada para awak media membenarkan jika ada laporan tentang seorang warga Desa Manukan, RT 001, RW 001, Kecamatan Gayam, yang meninggal dunia mendadak Suhadi (44). Kejadian itu, dilaporkan ke Mapolsek Gayam sekira pukul 10:30 WIB.
“Korban meninggal dunia di sawah miliknya, saat korban beristirahat di pematang sawah di sela-sela aktifitasnya menjalankan traktor tersebut,” ungkap Kapolsek Gayam AKP Harjo,SH, Senin (8/7/2019).
Lanjut AKP Harjo, bahwa pihaknya langsung menuju ke lokasi kejadian untuk melalukan olah TKP (Tempat Kejadin Perkara) dan bersama Tim Medis serta Kades Manukan Warngun, untuk melakukan pemeriksaan luar.
Berdasarkan hasil pemeriksaan medis oleh bidan desa Manukan Danisia Ika Nurdiana, korban dinyatakan sudah meninggal dunia saat beristirahat di sawah di sela-sela pekerjaannya ‘nlaktor’ itu.
“Tak ada tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan di tubuh korban. Menurut keluarganya, korban memiliki riwayat sakit jantung,” tegasnya.
Masih menurut AKP Harjo, pihak keluarga korban tak mengijinkan korban diotopsi sehingga keluarga korban diminta untuk membuat surat pernyataan bermaterai. Mereka menyatakan tidak akan mempermasalahkan siapapun dan pihak manapun dalam kejadian naas tersebut. Menurutnya, kematian korban sudah menjadi takdir dari Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT.
Selanjutnya, jasad korban diserahkan kepada keluarganya untuk segera dikebumikan.
**(Kis/Yan).