RS Kewalahan Tangani Covid-19, Layanan IGD Dihentikan Sementara Rakyatnesia

[ad_1]

rakyatnesia.com – Lonjakan kasus Covid-19 membuat beberapa RS kewalahan. Di Surabaya, tingginya bed occupancy ratio (BOR) mengakibatkan sejumlah RS overload. Beberapa RS bahkan terpaksa menutup sementara layanan untuk pasien Covid-19.

Penutupan layanan itu, rakyatnesia lain, dilakukan RS Islam Surabaya (RSIS) Jemursari. Sejak Sabtu (3/7), RS tersebut mengumumkan melakukan lockdown pada pelayanan IGD untuk pasien Covid-19. Alasannya, fasilitas tidak memungkinkan dan kendala pada tenaga kesehatan (nakes).

Total hingga kemarin ada 54 nakes di sana yang terpapar Covid-19. Yang paling banyak adalah apoteker. Lalu, asisten apoteker, dokter spesialis (seperti urologi dan obgyn), dan pegawai operasional. “Kemungkinan masih akan nambah karena hari ini (kemarin, Red) dilakukan tes PCR pada beberapa sekretariat direksi,” ujar Direktur RSIS Jemursari dr Bangun Trapsila Purwaka SpOG (K) KFM kepada Jawa Pos kemarin.

Bangun menjelaskan, keputusan lockdown bukan perkara mudah bagi RS. Pihaknya sempat mendapat bully maupun protes dari masyarakat. ”Kami ini membantu, tapi tolong juga dimengerti. Ojok di-bully, diseneni wong akeh. Karena terus terang sebetulnya kami ndak mau nutup. Itu eyel-eyelane berat. Tapi, mau bagaimana lagi. Sudah tidak ada tempat dan nakes kami pun burnout, kecapekan,’’ terang dokter yang juga mantan direktur RSUD dr Soedono Madiun itu.

Kebijakan lockdown diambil demi bisa mengurai ruangan IGD yang penuh oleh pasien Covid. Selain itu, demi menjaga kondisi dan mental nakes agar mereka tidak menanggung beban yang terlampau berat. Bangun mengungkapkan, rata-rata pasien stuck di IGD selama 3–4 hari. Mereka belum bisa dipindahkan karena ruang isolasi sedang full.

Pemkot Jogja Siapkan Selter

Editor : Ilham Safutra

Reporter : ayu/ian/hay/wia/muh/ kom/ida/c6/oni

sumber artikel : jawapos. com

Exit mobile version