Jakarta, Rakyatnesia – LinkedIn lagi-lagi dihadapkan terpaan berupa kebocoran data penggunanya dengan jumlah yang terbilang besar. Usai dilaporkan terkait sebanyak 500 juta data penggunanya bocor dan dijual bebas di forum peretas ( hacker ) pada bulan April lalu, kini kejadian serupa kembali terulang.
Dahsyatnya, jumlah data yang diretas tersebut semakin membludak, yakni tercatat sebanyak 700 juta data pengguna, 92% dari total keseluruhan pengguna LinkedIn yang total keseluruhannya mencapai 756 juta pengguna.
Melansir dari 9to5Mac, peretas yang memperoleh ratusan juta data LinkedIn tersebut telah memposting sampel catatan sebanyak 1 juta data. Lalu, dalam pemeriksaan kebocoran ini telah terkonfirmasi bahwa data tersebut memang asli dan terbaru.
Sementara itu, RestorePrivacy melaporkan bahwa peretas nampaknya telah menyalahgunakan LinkedIn dengan menggunakan Application Programming Interface ( API ) untuk mengunduh data, yang dimana hal tersebut merupakan metode serupa yang digunakan dalam kebocoran 500 data pengguna LinkedIn pada bulan April lalu.
“Pada tanggal 22 Juni 2021, seorang pengguna peretas populer mengiklankan data dari 700 Juta pengguna LinkedIn untuk dijual. Pengguna forum memposting sampel data yang mencakup 1 juta pengguna LinkedIn. Berdasarkan analisis dan pemeriksaan silang data kami, dari sampel dengan informasi lain yang tersedia untuk umum, nampaknya semua data asli dan terkait dengan pengguna nyata. Selain itu, data tersebut juga nampak mutakhir, bahkan ini merupakan data dari 2020 hingga 2021.” lapor RestorePrivacy.
Baca juga:Setelah Facebook, Kini Giliran LinkedIn Yang Alami Kebocoran 500 Juta Akun!
Selanjutnya, RestorePrivacy juga menyebutkan bahwa data pribadi yang bocor itu merupakan data yang amat privasi. Mereka diantaranya meliputi nomor telepon, email, alamat fisik, nama lengkap, jenis kelamin, pengalaman kerja, data geolokasi, akun media sosial lainnya, latar belakang profesional, hingga perkiraan gaji yang dimasukkan pengguna. Deretan data pribadi LinkedIn yang bocor itu kemudian dijual oleh peretas di laman dark web.
LinkedIn pun angkat bicara terkait masalah kebocoran data ini. Lewat perbincangannya dengan PrivacySharks, perusahaan mengungkap bahwa mereka masih melakukan penyelidikan terkait masalah ini.
“Analisis awal kami menunjukkan bahwa kumpulan data tersebut mencakup informasi yang diambil dari LinkedIn serta informasi yang diperoleh dari sumber lain. Ini bukan pelanggaran data LinkedIn, dan penyelidikan kami telah menetapkan bahwa tidak ada data pribadi anggota LinkedIn yang terpapar. Memotong data dari LinkedIn merupakan pelanggaran terhadap Ketentuan Layanan kami, dan kami terus bekerja untuk memastikan privasi anggota kami terlindungi.” tanggap LinkedIn.
Memang, tak ada password pengguna yang ikut bocor dalam peretasan ini. Meski demikian, LinkedIn tetap menghimbau kepada para penggunanya agar tetap waspada. Sebab, data-data pribadi yang dijual itu merupakan data yang sangat penting dan berharga, yang jika disalahgunakan oleh pihak tak bertanggungjawab maka akan melahirkan dampak yang bisa merugikan untuk diri sendiri.
Tonton juga video di bawah ini:
sumber artikel : Selular. id