Pengamat: 5G Tak Sekedar Frekuensi Rakyatnesia
Jakarta, Rakyatnesia – Kini Indonesia sudah mulai mengimplementasikan jaringan 5G di Indonesia. Smartphone yang sudah mendukung jaringan 5G pun sudah banyak beredar di pasar Indonesia. Misalnya realme 8 5G, Oppo A74 5G, Oppo Reno5 5G, Oppo Find X3 Pro 5G, Vivo V21 5G dan lainnya.
Saat ini, baru dua provider yang mengimplementasikan jaringan 5G yaitu Telkomsel dan Indosat Ooredoo. Cakupan wilayahnya pun belum merata, hanya di beberapa titik saja.
Berdasarkan keterangan resmi dari (Kementerian Komunikasi dan Informatika) Kominfo, Kominfo membagi alokasi frekuensi untuk jaringan telekomunikasi seluler 5G ke dalam tiga lapisan telekomunikasi, yaitu Low Band, Middle Band, dan High Band. Pembagian itu dilakukan untuk pemerataan dan efisiensi layanan. Ketiga lapisan tersebut berada di frekuensi yang berbeda.
Untuk pita bawah (Low Band), frekuensinya di bawah 1 Ghz. Kemudian, pada layer kedua (Middle Band) berada diantara frekuensi 1 sampai 6 GHz.
Sedangkan di pita atas (High Band) berada di frekuensi 2,6 Ghz dan 2,8 Ghz. Untuk implementasi 5G di Indonesia, Telkomsel menggunakan frekuensi Middle Band yaitu 2,3 Ghz.
Menanggapi seputar implementasi 5G di Indonesia, Redaksi Selular ID meminta tanggapan Pengamat Gadget, Lucky Sebastian.
Pengamat: Layanan 5G Harus Dibarengi dengan Membangun Kebiasaan Masyarakat
Seperti yang disampaikan Kominfo, Lucky juga mengatakan bahwa Frekuensi jaringan 5G ideal itu mencakup tiga bagian yaitu, low band di bawah 1GHz, mid-band 1-6GHz, dan high end di atas 24GHz atau sering disebut mmWave.
“Untuk Indonesia memang sebaiknya dimulai dari mid-band, agar bisa mendapat kecepatan yang cukup dan jarak jangkauan yang cukup jauh. Namun mid-band ini memang cukup crowded karena sudah dipakai untuk bermacam-macam keperluan. Seperti frekuensi favorit dunia untuk mid-band 5G adalah 3.5GHz, tetapi di Indonesia digunakan untuk perbankan. Jadi harus refarming kalau mau digunakan,” ujar Lucky kepada Selular ID.
Meski sudah banyak smartphone 5G yang beredar di Indonesia, nyatanya jaringan 5G di smartphone tersebut, masih belum bisa digunakan. Menurut Lucky, karena masih baru di implementasi, wajar kalau smartphone 5G tidak bisa hanya bergantung dengan frekuensi atau band yang mendukung saja.
“Diperlukan provisioning dengan operator, update software dan firmware untuk mendukungnya.
Semakin banyak operator 5G, semakin banyak uji harus dilakukan agar sebuah tipe smartphone 5G bisa support semua operator tersebut. Misalnya, sekarang smartphone A sudah mendukung Telkomsel. Nanti untuk mendukung Indosat tidak bisa langsung jalan, akan ada penyesuaian lagi. Apalagi keduanya menggunakan metode 5G yang berbeda, Telkomsel dengan NSA dan Indosat dengan DSS,” jelas Lucky.
Baca juga: Selain Poco M3 Pro 5G, Smartphone 5G ini Juga Dibandrol Terjangkau!
Agar jaringan 5G di smartphone berjalan maksimal, pastinya sudah didukung software dan hardware yang mendukung jaringan 5G, salah satunya chipset.
“Sekarang ini kebanyakan modem 5G pada smartphone sudah menyatu dengan chipset, tidak terpisah lagi. Modemnya harus sudah mendukung koneksi 5G dan RF (Radio Frequency)nya. Untuk sesuai dengan operator 5G dibutuhkan dukungan frekuensi atau band yang sesuai dengan yang digunakan operator. Misal untuk Telkomsel butuh band n40, Indosat n3,” papar Lucky.
Lucky menekankan, butuh kerjasama rakyatnesia vendor smartphone dan operator agar smartphone 5G bisa digunakan di Indonesia.
“Vendor harus bekerjasama dengan operator untuk melakukan test agar ada kesesuaian rakyatnesia smartphone 5G dan jaringan 5G operator, bukan dari sisi band saja, tetapi juga dari sisi software dan firmware. Sehingga vendor bisa melakukan tuning dan provisioning agar smartphone bisa berjalan optimal koneksi 5G nya di jaringan operator,” tutup Lucky.
sumber artikel : Selular. id