Kisah Dian Fachrudin, Dari Pedalaman Tuban Tembus Kasta Pertama Liga 1 Indonesia
Bola, rakyatnesia – Nama Dian Fachrudin tercatat sebagai salah satu pemain sepak bola yang sukses menembus Liga 1 nasional. Tak Banyak pemain asal Tuban yang mampu melakukannya, Namun Dian menunjukkan bahwa dia bisa. Dian sendiri sekarang membela Sriwijaya FC.
Pencapaian terbaiknya di level klub adalah membawa Sriwijaya meraih trofi juara Liga Indonesia dan Piala Indonesia musim 2008/2009.
Prestasi yang terbilang lumayan buat seorang pemain yang baru serius menggeluti sepak bola setelah duduk di bangku SMA. Dalam channel youtube Omah Balbalan, Dian mengungkapkan perjalanan kariernya di sepak bola yang dimulai dengan bergabung di SSB Esge Tuban.
“Sebelumnya, saya lebih banyak bermain sepak bola tanpa alas kaki di lapangan kampung di Jati Rogo, ” kenang Dian.
Masa kecil Dian sampai remaja memang dihabiskan di kawasan hutan Jati Rogo yang berjarak sekira 60 Km dari kota Tuban. Jarak itu pula yang harus dilalui Dian setiap hari ketika memutuskan menimba ilmu sepak bola di SSB Esge Tuban.
“Kalau latihan pagi, saya berangkat ke Tuban usai salat Subuh. Sebaliknya, saya baru tiba di rumah jam sembilan malam bila latihan sore.”
Peruntungan Dian di sepak bola mulai terbuka ketika ia disarankan merantau ke Cilegon usai menamatkan pendidikan SMA. Kebetulan manajer PS Krakatau Steel saat itu adalah Joko Driyono yang memperistri wanita asal Tuban.
Setelah bertemu dengan Jokdri, sapaan akrab mantan mantan Sekjen PSSI itu, Dian Fachrudin pun jadi bagian tim yang kemudian berganti nama menjadi Pelita Krakatau Steel.
Namun di Pelita KS, Dian hanya berstatus sebagai pemain pelengkap. Ia malah harus menyisihkan waktunya untuk menyiapkan dan membereskan peralatan latihan tim.
Apalagi saat itu, selain stoper asing, Pelita KS juga dihuni sederet stoper lokal papan atas seperti Aples Tecuari, Slamet Ryadi dan Nuralim.
“Awalnya saya sempat minder dengan mereka. Tapi, akhirnya saya bertekad menimba ilmu dari mereka sekaligus menambah latihan sendiri,” terang Dian.
Selepas dari Pelita KS, Dian memutuskan pulang ke Tuban. Tak lama kemudian, ada seorang teman mengajaknya ke Malang untuk bergabung dengan tim ABM Malang yang berkiprah di kompetisi internal Persema. Bersama tim itu, Dian akhirnya dilirik Persema jelang musim 2005.
Di Persema, Dian kembali bertemu dengan Danurwindo, pelatihnya di Pelita KS. Berbeda dengan sebelumnya, di Persema, Dian mendapatkan banyak menit bermain meski di posisi stoper ada Eko Purjianto, Bayu Sutha dan FX Januar.
Dian mengaku banyak mendapat masukan dari Eko Purjianto, eks bek timnas Indonesia yang saat itu berada dalam pengujung karier sebagai pemain.
“Mas Eko mengajarkan saya cara bermain sebagai stoper. Misalnya posisi berdiri dan memotong bola umpan pemain lawan,” ungkap Dian.
Tampil apik bersama Persema jadi pembuka jalan Dian menuju pintu masuk skuad timnas Indonesia yang sedang bersiap mengikuti Piala Asia 2007.
Ia pun menjadi bagian timnas yang berkiprah pada sejumlah turnamen internasional seperti Merdeka Games (Malaysia), BV International Cup (Vietnam) serta laga uji coba di Cina dan Singapura.Sayang, Dian akhirnya gagal jadi bagian skuad Garuda di Piala Asia 2007. Ia terpaksa dicoret dua pekan sebelum ajang bergengsi itu karena sakit typus.
“Kegagalan itu jadi pelajaran mahal. Saya sakit typus karena tidak menjadi kondisi dengan makan sembarangan. Jadi, memang sebaiknya seorang pemain mengikuti seluruh program tim dengan baik termasuk masalah makan,” tegas Dian.