Harga minyak anjlok dari tertinggi multitahun, dipicu penguatan dolar

[ad_1]

Lonjakan kasus COVID di Inggris ini meskipun vaksinasi cepat akan meningkatkan banyak alarm tentang seberapa cepat seluruh Eropa akan dibuka kembali

New York (rakyatnesia) – Harga minyak mentah anjlok hampir dua persen dari level tertinggi dalam beberapa tahun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah naik selama lima hari beruntun, karena dolar menguat setelah bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga acuan secepatnya pada 2023.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terpangkas 1,31 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi ditutup pada 73,08 dolar AS per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli turun 1,11 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi menetap di 71,04 dolar AS per barel.

Pada Rabu (16/6/2021) harga minyak Brent menetap di level tertinggi sejak April 2019 dan WTI pada level tertinggi sejak Oktober 2018. Meskipun penurunan pada Kamis (17/6/2021) adalah persentase penurunan harian terbesar sejak Mei, kedua harga acuan tersebut masih naik lebih dari 40 persen sepanjang tahun ini.

Kekhawatiran permintaan minyak muncul kembali setelah kasus Virus Corona baru melonjak di Inggris, sementara kekhawatiran pasokan atas kembalinya barel Iran juga membebani pasar.

Baca juga: Minyak naik moderat mendekati 75 dolar, Brent berakhir di 74,39 dolar

Namun para pedagang mengatakan pemilihan presiden pada Jumat di Iran dapat menggagalkan pembicaraan nuklir rakyatnesia Washington dan Teheran dan membiarkan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran tetap berlaku.

Dolar AS menguat ke level tertinggi sejak pertengahan April terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya setelah Fed mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga pada kecepatan yang jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.

Greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal dalam mata uang lain, yang dapat mengurangi permintaan.

Inggris melaporkan kenaikan harian terbesar dalam kasus baru COVID-19 sejak 19 Februari pada Kamis (17/6/2021), menurut angka pemerintah yang menunjukkan 11.007 infeksi baru, naik dari 9.055 sehari sebelumnya.

“Lonjakan kasus COVID di Inggris ini meskipun vaksinasi cepat akan meningkatkan banyak alarm tentang seberapa cepat seluruh Eropa akan dibuka kembali,” kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya,mencatat “minyak mentah bisa matang untuk ambil untung lebih lanjut jika komentar yang lebih optimis datang dari putaran terakhir pembicaraan nuklir Iran.”

Baca juga: Harga emas terjungkal 86,6 dolar, dipicu pengumuman bank sentral AS

Pembicaraan tidak langsung rakyatnesia Teheran dan Washington tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 telah mendekati kesepakatan, tetapi masalah-masalah penting tetap harus dinegosiasikan, kata perunding utama Iran pada Kamis (17/6/2021).

Iran sedang menuju ke pemilihan presiden pada Jumat, dengan kepala kehakiman garis keras Ebrahim Raisi di rakyatnesia kandidat terdepan.

“Sangat mungkin pembicaraan nuklir bisa gagal jika kesepakatan tidak dilakukan pada Agustus (ketika) presiden reformasi saat ini Hassan Rouhani akan meninggalkan pemerintah,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger, di New York.

Washington telah memberikan sanksi kepada Raisi karena diduga terlibat dalam eksekusi tahanan politik. Pemilihannya akan mempersulit Amerika Serikat dan Iran untuk mencapai kesepakatan tentang pengayaan uranium Iran yang akan memungkinkan pencabutan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran.

Analis mengatakan Iran dapat meningkatkan pasokan minyak sebesar 1 juta hingga 2 juta barel per hari jika sanksi dicabut.

Baca juga: Rupiah ditutup anjlok 117 poin, pasca-proyeksi suku bunga The Fed

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © rakyatnesia 2021

Sumber: https://www.antaranews.com/berita/2218266/harga-minyak-anjlok-dari-tertinggi-multitahun-dipicu-penguatan-dolar

Exit mobile version