Heboh, Purnama Sastra Bojonegoro Ke-66, Dihadiri ‘Bupati, Raja hingga Presiden’

Sukisno

Heboh, Purnama Sastra Bojonegoro Ke-66, Dihadiri ‘Bupati, Raja hingga Presiden’
Bagikan

BOJONEGORO (RAKYATNESIA) – Purnama Sastra Bojonegoro (PSB) ke-66 digelar di Warung Lesung Abdi Dalem milik Suyanto yang berada di Jalan Suhadak, Gang Sumurrowo, turut Dusun Mindi, Desa Sugihwaras, Kecamatan Sugihwaras, Bojonegoro, Jawa timur.

PSB ke-66 digelar Kamis (16/6/2022) semakin menjadi magnet bagi kalangan penyair dan seniman di Indonesia. Hal itu tampak dari antusiasme para pelaku sastra dan seniman untuk ikut hadir dalam gelaran yang dilaksanakan sebulan sekali ini di Bumi Angling Dharma itu.

Kalau pada pelaksanaan PSB ke 65 pada bulan Juni yang lalu dihadiri penyair dari Sragen dan Semarang, pada PSB ke 66 ini dihadiri Widodo Basuki dari Sidoarjo yang djuluki sebagai Raja Gurit, Aming Aminoedhin dari Mojokerto yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur dan Herry Lamongan dari Lamongan yang mendapat julukan sebagai Bupati Gurit.

Penyematan julukan itu bukan tanpa alasan. Aming Aminoedhin dijuluki sebagai Presiden Penyair karena dikenal sangat produktif dalam penerbitan antologi puisi dan getol dalam menyelenggarakan even sastra di Jawa Timur. Terlebih pada saat itu Aming masih aktif sebagai pegawai negeri sipil di Balai Bahasa Jawa Timur.

Kemudian Widodo Basuki mendapat julukan sebagai Raja Gurit karena selain dikenal sebagai penulis geguritan (puisi Jawa) yang sangat produktif, dia adalah pemimpin redaksi majalah Jayabaya yang cukup memberi ruang yang luas bagi penulis sastra Jawa, baik yang masih pemula maupun sudah senior.

Sementara itu Suheri yang dikenal dengan nama Herry Lamongan mendapat julukan sebagai Bupati Gurit, karena selain cukup produktif dalam penulisan karya sastra juga mempunyai pengaruh yang cukup kuat di komunitas sastra dan teater di Kabupaten Lamongan.

Ikhwal ketertarikan mereka dengan Purnama Sastra Bojonegoro, mereka mengatakan bahwa Purnama Sastra Bojonegoro adalah peristiwa budaya yang tidak boleh dilewatkan.

“Purnama Sastra Bojonegoro menjadi fenomena karena konsistensinya. Tidak banyak lho event yang bisa bertahan dengan kemandirian tanpa ada sokongan anggaran dari pemerintah,” kata Aming.

Sementara itu Widodo Basuki menyatakan dirinya sudah lama mengamati pergerakan Sastra Bojonegoro, khususnya Purnama Sastra Bojonegoro.

“Sebenarnya saya sudah lama ingin hadir di acara PSB ini, namun baru sekarang bisa hadir,” terang Widodo Basuki ditemui rakyatnesia.com usai acara.

Tampak hadir, tokoh tokoh sastra Jawa Timur, juga dihadiri para pegiat sastra di Bojonegoro, Nganjuk dan Tuban mulai dari pelajar, mahasiswa hingga sastrawan yang lebih senior.

Moh Bekti Ketua Perkumpulan pamong Seni dan Budaya (PPSB) yang berasal dari Kemamang Balen juga hadir, Fauzi Zam-zam Sastra Pelataran Bojonegoro, Kang Udin, Gampang Prawoto, Hery Abdi Gusti, Siswo Nur Wahyudi, Agus Sigghro dan sederet sastrawan lainnya.

Acara juga dimeriahkan oleh musikalisasi Ekopeye Feat dan Teater AWU SMKN 2 Bojonegoro. Suyanto yang akrab disapa Dhe Yanto MYK sempat memainkan Wayang Kulit, hingga bisa melengkapi kemeriahan acara PSB Ke-66 tersebut.

**(Red).  

Bagikan

Also Read