Warga Balongcabe Suryadi, Lakukan Budidaya Cabe Jamu
BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Saat ini, tanaman obat cabe jamu telah menarik minat sejumlah petani untuk membudidayakannya. Sedikitnya, saat ini sudah ada beberapa daerah di Jawa yang mengembangkannya. Salah satu daerah pengembangan cabe jamu yang terbesar adalah Provinsi Jawa Tengah yakni di wilayah Kabupaten Tegal, dan di Jawa Timur antara lain Kabupaten Madura dan Lamongan.
Untuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, kini juga sudah mulai ada yang mengembangkan budidaya cabe jamu, yaitu budidaya cabe jamu milik Suryadi warga Desa Balongcabe, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Dalam melakukan budidaya cabe jamu, Suryadi menggunakan media deker yang biasa dipakai jamban atau drainase itu. Cabe di tanam di deker dengan jumlah deker ratusan. Suryadi menginvestasikan dana 500 juta untuk budidaya cabe jamu yang ditekuninya itu.
Dalam hal Budidaya, cabe jamu tumbuh baik disemua iklim dan dataran, sehingga Suryadi memberanikan diri untuk jadi pengusaha cabe jamu itu. Dalam kegiatan itu, suryadi bekerjasama dengan pabrik jamu ternama. Sehingga, hasil panen akan diambil langsung oleh perusahaan jamu yang menjadi mitra kerjanya itu.
“Hasil panen, akan diambil langsung oleh pengusaha jamu. Karena saya sudah melakukan teken kontrak kemitraan dengan pengusaha jamu itu,” kata Suryadi saat ditemui di kebun cabe jamu miliknya, kamis (2/6/2016).
Ditambahkan Suryadi, cirri cabe jamu itu, makin tua umurnya semakin tinggi produktifitasnya. Berbeda dengan cabe rawit hanya bertahan 1 (satu) tahun sesudah itu akan layu dan mati. Pada umur 3 (tiga) bulan atau lebih sudah bisa dilakukan panen perdana.
Perlu diketahui, cabe jamu mensyaratkan kondisi lahan dengan pH tanah 5,5-7,5, tekstur tanah gembur, ketinggian 1-600 dpl, curah hujan 1200-2500 mm per tahun, dan kelembaban udara 40-80 persen. Berdasarkan pengalaman yang sudah membudidayakan cabe jamu ini, media tanam terbaik dengan menggunakan kascing (bekas cacing) dan kotoran ayam yang difermentasi.
Menanam dan pembiakan cabe jamu tidak serumit cabe keriting. Hanya perlu ketelatenan perawatan seperti menghilangkan rumput pengganggu (gulma). Benih awal ditanam di polybag pada waktu umur 2 (dua) bulan sudah bisa dipindah kelahan terbuka. Agar tumbuh maksimum ketepatan takaran pemberian pupuk yang diperlukan. Perlu dicatat, pemberian pupuk kotoran sapi, kotoran hewan (kohe) harus di fermentasi selama 7-10 hari.
Bagian tanaman yang dijadikan stek diambil dari sulur vertikal (sulur panjat), karena bagian ini mudah membentuk cabang. Ada 2 (dua) macam bahan tanaman yang dapat digunakan untuk setek yaitu sulur tanah dan sulur panjat.
Untuk sumber benihnya sebaiknya diambil dari pohon induk yang telah berumur minimal 2 (dua) tahun dan memiliki sifat-sifat baik, yaitu berbuah banyak, responsif terhadap pemupukan, relatif tahan terhadap hama dan penyakit serta relatif tahan terhadap cekaman lingkungan tertentu, bentuk fisik tanaman kokoh, subur dan sehat.
Penanaman benih cabe jamu ini sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Jarak tanam yang disiapkan sebaiknya 1-1,5 meter dilakukan di sepanjang galengan, dan 2 x 2 m atau 3 x 3 m dilahan bidang olah.
Untuk pemupukannya, berikan pupuk organik atau pupuk kohe yang difermentasi, 5 (lima) kg per pohon sebanyak 2 (dua) kali, yakni saat awal musim hujan dan akhir musim hujan. Untuk pupuk anorganik, seperti TSP, UREA, NPK, SP-36, diberikan setelah tanaman berumur 3 (tiga) bulan sesudah itu serentak bersamaan dengan pupuk organik. Masing-masing jenis bisa diberikan 50 gram per pohon hingga umur 1 tahun dan meningkat atau ditambah sebanyak 25 gram setiap tahunnya.
Tanaman cabe jamu mulai berbuah setelah umur 1-1,5 tahun. Setelah buah berwarna semburat merah sekitar 25 persen – 50 persen sudah dapat dipanen. Panen dilakukan dengan cara memetik satu persatu. Untuk itu diperlukan tangga agar buah yang siap dipanen terjangkau tangan dan tanaman tidak rusak.
Produksi rata-rata untuk tanaman cabe jamu muda sekitar 2-3 kg buah basah atau setara dengan 0,5 kg buah kering. Untuk tanaman dewasa produksi sekitar 4-5 kg buah basah atau setara dengan 1,5 kg buah kering.
Hingga saat ini, peningkatan produktivitas cabe jamu sangat diperlukan, selain untuk memenuhi kebutuhan industri obat tradisional dan kebutuhan lainnya di dalam negeri juga untuk pasar luar negeri (ekspor). Adapun kebutuhan cabe jamu dunia saat ini sekitar 6 juta ton dan Indonesia baru bisa memenuhi sepertiganya.
Negara-negara pengimpor cabe jamu antara lain Singapura, Malaysia, Tiongkok, Timur Tengah, Eropa dan Amerika. Oleh karena itu, peluang pengembangan cabe jamu, baik melalui intensifikasi (meningkatkan produktivitas tanaman yang sudah ada) maupun penanaman baru, masih sangat terbuka lebar. **(Arif).