Rakyatnesia – Pantau Kenaikan Harga, BPN Jamin Stok Pangan Aman Menjelang Idul Adha Pencarian perihal Berita Nasional di dunia maya kian banyak dilaksanakan masyarakat Indonesia, sedangkan sebetulnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.
[quads id=10]
Pada artikel Pantau Kenaikan Harga, BPN Jamin Stok Pangan Aman Menjelang Idul Adha ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian cara penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget mengamati atau membacanya. Jika anda suka dengan berita ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.
[quads id=10]
Rakyatnesia.com-Perayaan Idul Adha 2023 semakin dekat. Menjelang hari besar umat Islam itu, Badan Pangan Nasional (BPN) telah memastikan bahwa stok bahan pangan dalam kondisi mencukupi. Meskipun begitu mereka akan memantau potensi kenaikan harga secara tidak wajar.
Baca Juga: Pemeran Pria Video Syur Rebecca Klopper Bisa Dipidana, Begini Penjelasan Hukumnya
Ketersediaan stok bahan pangan itu disampaikan Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan BPN I Gusti Ketut Astawa. Dia mengatakan pemerintah menjamin ketersediaan bahan pangan. “Sangat cukup (stoknya). Jadi tidak ada kekurangan,” katanya di sela Rembuk Mustikarasa Foodbank of Indonesia (FOI) di Museum Bahari Jakarta Utara (27/5).
Pejabat yang akrab disapa Ketut itu menuturkan stok daging sapi dan daging kerbau statusnya mencukupi. Begitupun dengan daging ayam dan telur juga cukup menyambut Idul Adha yang jatuh pada akhir Juni nanti.
Ketut menjelaskan, pada saat momen hari raya, termasuk Idul Adha dan Idul Fitri, permintaan masyarakat mengalami kenaikan. “Sebagai pedagang, secara naluriah akan menaikkan harga,” katanya. Dia mengatakan pemerintah tidak bisa mengontrol secara ketat potensi kenaikan harga, saat terjadi peningkatan tersebut.
Yang jelas kenaikan harga itu bukan dipicu kelangkaan stok pangan. Beberapa hari setelah Idul Adha, harga akan kembali stabil. Menurut Ketut, saat Idul Adha nanti kenaikan 5 persen sampai 10 persen masih dalam batas wajar. “Kalau sudah naik 15 persen bahkan lebih, nanti ada intervensi dari pemerintah,” katanya.
Pada kesempatan itu, Ketut juga menyoroti fenomena food loss and waste (FLW) atau makanan terbuang sia-sia menjadi sampah. Kondisi ini biasanya terjadi di industri, perhotelan, dan ritel. Secara global, sebanyak 30 persen makanan atau sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang sia-sia menjadi sampah.
“Padahal di satu sisi ada orang yang kelaparan atau susah mendapatkan makanan yang sehat,” jelasnya. Ketut menuturkan di Indonesia fenomena FLW juga cukup besar. Hasil kajian Bappenas menyebutkan pada kurun 2000-2019 terdapat 23-48 juta ton makanan terbuang menjadi sampah pangan. Artinya setiap orang menyumbang 1 kwintal sampai 2 kwintal sampah pangan setiap tahunnya.
Baca Juga: Cek Sekarang, Update Windows 11 Bisa Mudahkan User Melihat Password WiFi Tersimpan
Ketut menyambut baik upaya dari bank-bank pangan di Indonesia, termasuk oleh Foodbank of Indonesia. Mereka berkolaborasi dengan dunia industri, hotel, dan ritel untuk menerima makanan-makanan sisa yang masih layak konsumsi. Makanan itu diolah kembali lalu disalurkan ke masyarakat yang membutuhkan. (*)
Dikutip dari Jawa Pos