Mengenal Rashdul Kiblat , Kabar Indonesia

Rakyatnesia – Mengenal Rashdul Kiblat Pencarian seputar Berita Nasional di dunia maya kian banyak dikerjakan masyarakat Indonesia, meski sesungguhnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.

[quads id=10]

Pada artikel Mengenal Rashdul Kiblat ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memperhatikan atau membacanya. Jika anda suka dengan berita ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.

[quads id=10]

 

Rakyatnesia.com – Kementerian Agama (Kemenag) telah mengumumkan bahwa pada 27-28 Mei 2023 mendatang, posisi matahari akan melintas tepat di atas kakbah. Waktu ini adalah saat yang tepat untuk umat Islam memperbaiki arah kiblat. Momentum ini dikenal dengan istilah Istiwa A’zam atau Rashdul Kiblat.

 

Dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, Rashdul Kiblat memiliki arti hari meluruskan arah kiblat. Kegiatan ini biasa dilakukan setiap tanggal 28 Mei dan 16 Juli. Dua hari ini, umat Muslim kerap melakukan aneka kegiatan terkait arah kiblat, mulai dari akurasi Masjid/Musalah/lapangan secara langsung, seminar, praktikum beberapa alat-alat astronomi, dan lain-lain.

 

“Rashdul Kiblat sendiri adalah momen ketika Matahari persis berada di atas Kakbah, yang mana ketika itu posisi Matahari senilai lintang Kakbah, yaitu 21º 25’. Dalam kondisi ini, setiap benda tegak lurus, bayangan yang dihasilkan adalah arah kiblat di tempat itu. Cara dan metode ini sangat efektif digunakan untuk mengakurasi arah kiblat di berbagai tempat,” kata Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar Arwin dalam artikelnya.

 

Karenanya, setiap tanggal 28 Mei pukul 16:18 WIB adalah saat yang tepat untuk penentuan sekaligus pengecekan kembali arah kiblat. Caranya sederhana, yaitu sesuaikan arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda.

 

Pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus, bisa gunakan bandul sebagai alat bantu. Pastikan permukaan dasar datar dan rata, sehingga bayang-bayang benda tidak bergelombang. Dan jam pengukur harus disesuaikan dengan BMKG.

 

Menurut al-Thusi, kutip Arwin, ada banyak cara dalam menentukan arah kiblat, salah satunya adalah dengan memanfaatkan momen tatkala Matahari melintasi Makkah.

 

 

“Patut dicatat, baik Sayyid Usman maupun Nashiruddin al-Thusi, keduanya sejatinya tidak memperkenalkan terminologi Rasdul Kiblat. Istilah ini tampaknya muncul belakangan, dan tampaknya hanya populer di Indonesia,” pungkas Arwin.

 

 

 

Dikutip dari Jawa Pos

Exit mobile version