El Nino Datang, Pengamat Pertanian Universitas Brawijaya Ingatkan Dampak Terhadap Pertanian , Kabar Indonesia

Rakyatnesia – El Nino Datang, Pengamat Pertanian Universitas Brawijaya Ingatkan Dampak Terhadap Pertanian Pencarian perihal Berita Nasional di dunia maya kian banyak dijalankan masyarakat Indonesia, sedangkan hakekatnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.

[quads id=10]

Pada Tulisan El Nino Datang, Pengamat Pertanian Universitas Brawijaya Ingatkan Dampak Terhadap Pertanian ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget mengamati atau membacanya. Jika anda senang dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.

[quads id=10]

Rakyatnesia.com–Indonesia mulai memasuki musim kemarau yang diperkirakan mencapai puncak pada Agustus. Kemarau panjang tersebut bisa menyebabkan kekeringan di berbagai daerah, sehingga bisa berdampak pada sektor pertanian.

Pengamat Pertanian sekaligus Wakil Dekan Fakultas Pertanian dari Universitas Brawijaya (UB) Malang Sujarwo mengatakan, kemarau panjang dampak El Nino berpotensi pada penurunan suplai air yang dibutuhkan sektor pertanian. Dalam sistem produksi pertanian, kekurangan air akan menghambat proses metabolisme tanaman.

”Kondisi ini berdampak pada penurunan produktivitas sampai pada kegagalan panen. Situasi ini sangat merugikan petani dan juga ketahanan pangan nasional,” ujar Sujarwo.

Apalagi, kata Sujarwo, menurut data BNBP pada Maret, terdapat 11 provinsi yang berpotensi kekeringan dengan curah hujan rendah. Yakni Provinsi Aceh, Bali, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Utara.

Padahal, lanjut dia, Jawa Timur dan Jawa Barat adalah dua provinsi besar penopang produk pertanian nasional. Hal tersebut tentu perlu diwaspadai.

”Dari sisi produksi pertanian, hampir pasti ini akan terancam terjadi penurunan dan berdampak pada pergerakan harga produk pertanian, yang meningkat bukan karena tarikan demand tapi karena efek penurunan produksi (supply side). Penurunan harga ini akan memukul konsumen, pada saat produksi petani juga tidak terlalu bagus,” jelas Sujarwo.

Sehingga, sambung Sujarwo, baik masyarakat sebagai konsumen maupun petani sebagai produsen, tidak menjadi lebih baik keadaannya akibat efek yang ditimbulkan El Nino tersebut.

”Ini artinya, secara keseluruhan efek El Nino akan mengancam kesejahteraan masyarakat,” tegas Sujarwo.

Menurut Sujarwo, langkah pemerintah untuk mengantisipasi persoalan sudah cukup tepat. Kementerian Pertanian (Kementan) yang memiliki peran penting, mulai dari program yang saat ini terus dijalankan untuk atasi kekeringan seperti pembangunan embung, waduk, rehabilitasi irigasi, hibah pompa, hingga asuransi pertanian.

”Adanya waduk atau embung adalah hal yang baik dalam meningkatkan daya tampung permukaan atas air hujan yang turun. Rehabilitasi saluran irigasi juga penting, karena meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi air sehingga tidak banyak yang hilang dalam pendistribusian air ke lahan-lahan pertanian,” papar Sujarwo.

Sujarwo menambahkan, dari sisi lain seperti teknologi produksi terus diupayakan jenis-jenis tanaman yang mampu bertahan pada situasi air rendah. Inovasi menjadi kunci untuk perbaikan teknik budi daya pada berbagai lingkungan yang berbeda.

”Namun demikian, ancaman climate change dan hama penyakit yang makin tinggi, alternatif-alternatif sistem produksi dikembangkan, salah satunya precision agriculture – berbasis laboratorium terkontrol, menjadi alternatif perlu dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan. Hadirnya anak-anak muda pertanian yang melek teknologi menjadi titik kritis dalam hal ini,” papar Sujarwo.

Dikutip dari Jawa Pos

Exit mobile version