Waria, Masih Ada di Gapura Masuk Kota, Oleh: Sukisno

Sukisno

Bagikan

Suasana malam di Kota Bojonegoro, dari dulu hingga kini masih seperti dulu, sepi. Walaupun Bojonegoro sudah jadi Kota Minyak, namun suasana kota masih tetap saja sepi dan lengang di waktu malam. Walaupun sudah ada hotel berbintang, ada beberapa super market, ada café yang masih buka, tetap saja kotanya sepi sekali di malam hari.

Di Gapura masuk kota Bojonegoro, sebelah timur dari dulu hingga kini, masih tetap saja dipakai ajang mangkal para waria. Keberadaan para waria itu, sangat mengganggu pemandangan di pintu masuk kota Bojonegoro yang berasal dari timur itu.

Para wanita jadi-jadian itu dengan santainya duduk-duduk dan ada yang berdiri, juga ada pula yang mondar-mandir, berjalan lenggak-lenggok sambil memanggil-mangil, jika ada lelaki yang sedang melintas di Jl Ahmad Yani atau di Gapura masuk kota Bojonegoro itu.

Kondisi itu, membuat kesan pertama masuk Kota Bojonegoro yang kurang baik. Karena, begitu ada laki-laki yang hendak masuk ke kota atau hendak keluar dari Kota Bojonegoro, sudah bisa dipastikan digoda oleh waria yang biasa disebut 47 (Papat Pitu, Jawa red) itu. Sehingga, kesan yang muncul, kalau Bojonegoro itu merupakan “Kota Waria”.

Siapapun anda, warga Bojonegoro, pasti terasa risi sekaligus marah jika Kota Bojonegoro disebut Kota Waria. Tapi faktanya memang begitu. Karena setiap malam, selalu ada wanita setengah pria (waria) yang mejeng di gerbang masuk kota Bojonegoro dari arah timur itu. Para waria yang mejeng di situ dengan enjoy nya, tanpa ada razia sehingga kondisinya makin ramai dan berkembang saja.

Selain mejeng di bawah gapura masuk kota itu, para waria juga ada yang duduk-duduk di taman depan gudang Bentoel dan di depan pabrik snack Dhe Darlik yang berada di barat gapura itu. Jelang tengah malam, sebagian waria ada yang jalan-jalan menuju ke Terminal baru hingga long marc ke Jl Pondok Pinang atau yang biasa di sebut Rel Bengkong (RBK) itu.

Ketika penulis bertanya ke salah satu waria, dia mengaku cukup enjoy dengan profesi yang digelutinya saat ini. Dia mengatakan, dirinya suka “buka praktek” di Kota Bojonegoro. Dia mengaku, jika hari-hari biasa dia dapat laki-laki penyuka waria itu, sebanyak 3 hingga 5 orang. Jika malam minggu, dia dapat laki-laki sebanyak 5 hingga 10 orang. Ini sebuah prestasi yang bagus bagi seorang waria.

Para waria itu “mendapatkan sorga” di Kota Bojonegoro karena dia bisa beroperasi dengan tenang tanpa ada razia, maka waria di Bojonegoro bakal tumbuh subur. Dengan pertumbuhan waria di Bojonegoro akan membuat pemandangan di gapura masuk kota Bojonegoro akan makin semrawut lagi.

Untuk menghadang laju pertumbuhan waria dipintu masuk kota dan membuat jera mereka, agar mereka tidak mangkal lagi di gapura masuk kota, maka perlu ada razia yang secara berkala dan terus-menerus. Razia itu, harus dilakukan oleh aparat penegak Perda (Peraturan daerah) yaitu Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemkab Bojonegoro. Guna memperlancar kegiatan razia, biasanya didampingi dari petugas Polres Bojonegoro atau bisa juga dibantu dari personil Kodim 0813 Bojonegoro.

Ketika masyarakat sudah merasa terganggu dan tak nyaman lagi, maka hal itu menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, melalui Satpo PP untuk segera melakukan penertiban sehingga suasana di Gapura masuk kota bisa terlihat indah dan nyaman. Seindah dengan lampu-lampu dan taman yang ada di Gapura masuk kota itu.

Di atas Gapura ada tulisan dengan lampu biru yang bertuliskan: Wong Jonegoro, Sehat, Cerdas, Produktif dan Bahagia. Lantas, bagaimana jika ada motto Kabupaten Bojonegoro dengan kalimat yang indah, dipadu dengan lampu-lampu yang makin membuat eloknya gapura masuk kota, tapi disitu dipakai nongkrong para waria yang sedang menjajakan cinta.

Jika, memang benar Satpol PP menjadi penegak perda, maka waria di Gapura pintu masuk kota sebelah timur itu akan segera ditertibkan sehingga kota Bojonegoro makin indah dan nyaman bagi warga Bojonegoro atau juga para tamu dan mereka yang berkunjung ke Kota Ledre itu.

Penulis merasa tergugah untuk sekedar mengingatkan agar kondisi waria di Gapura masuk kota tidak makin merajalela, hingga membuat warga Bojonegoro merasa risi dengan keberadaan para waria itu. Semoga, ada tindakan dan langkah-langkah nyata, untuk segera melakukan penertian.

Apalagi, bulan Mei ini sudah jelang bulan puasa Romadhon. Warga Bojonegoro yang hendak menjalankan ibadah di bulan Romadhon perlu ketenagan dan kekhusuk’an sehingga perlu adanya peningkatan ketertiban dan keamanan masyarakat.

Kini, masyarakat Bojonegoro sedang menunggu action pihak-pihak yang berkompeten dalam menjaga ketertiban masyarakat. Agar Kota Bojonegoro makin indah, nyaman, asri dan aman. Sehingga masyarakat Kota Bojonegoro akan menuju menjadi Wong Jonegoro yang sehat, cerdas, produktif dan bahagia. Semoga dan semoga…

Penulis adalah,
Pemimpin redaski Media Online: rakyatnesia.com

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar