Lokalisasi Illegal Mawot, Hingga Kini Masih Menggeliat

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Prostitusi Illegal yang berada di Desa Semawot, Kecamatan Sukosewu, Bojonegoro, Jatim atau yang biasa disebut Mawot itu, hingga kini masih menggeliat. Beberapa rumah penjaja cinta masih berdiri dan menyediakan wanita penghibur yang “siap tembak di tempat”.

Lokasinya yang jauh dari keramaian, justru membuat lokalisasi Illegal ini masih bertahan hingga kini. jauh karena jika dijangkau dari wilayah Kapas jaraknya ke selatan sekitar 15 kilo meter, jika dijangkau dari Ibukota Kecamatan (IKK) Sukosewu sekitar 5 kilo meter, jika dijangkau dari IKK Sugihwaras ada sekitar 5 kilo meter dan jika dijangkau dari IKK Temayang ada sekitar 7 kilo meter.

Walaupun ada di tempat yang sepi, lokasinya berada di tengah-tengah 3 (tiga) Kecamatan yakni, Sukosewu, Temayang dan Sugihwaras atau istilahnya pertigaan, bukan malah sepi tapi malah makin menggeliat. Lokasi jangkauan dari Ibukota Kabupaten sekitar 25 kilo meter. Sehingga, lokalisasi ini jarang terjamah dengan operasi dari Petugas Polres Bojoengoro atau Satpol PP Kabupaten Bojonegoro.

Lokasinya juga unik, karena Lokalisasi Mawot itu memanjang dari utara ke selatan yang berada di 3 (tiga) desa dan ada di 2 (dua) kecamatan. Lokasi paling utara itu berada di wilayah Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu, terus yang tengah itu berada di Desa Semawot, Kecamatan Sukosewu, kemudian yang selatan itu, masuk wilayah Desa Pancur, Kecamatan Temayang.

Lokalisasi di Klepek, saat ini sudah habis karena para germo (mucikari), sudah tua dan usahanya itu tidak ada yang melanjutkan. Lokalisasi tengah, yang ikut Desa Semawot masih ada, walaupun berkurang jumlahnya. Sedangkan, yang paling ramai hingga saat ini, adalah Lokalisasi yang paling selatan yang masuk wilayah Desa Pancur Kecamatan Temayang.

Di lokasi selatan ada sekitar 10 rumah yang dipakai untuk praktek prostitusi Illegal. Kondisi itu, masih tetap berjalan hingga saat ini. Dari 10 tempat esek-esek itu, ada 2 tempat karaoke yang satu tempatnya sederhana dan yang satunya tempatnya cukup bagus dan bisa dibilang istimewa.

“Tempat karaoke yang bagus itu milik MM dan menyediakan dan cewek-ceweknya (istilah, PSK) cantik-cantik dan muda-muda mas. Bahkan, di situ sering ada anak yang masih ABG, tapi biasanya cuma sebentar, trus hilang lagi,” kata salah seorang warga yang sedang nongrong di warkop Mawot itu, sambil minta agar namanya tidak dipublikasikan.

Berdasarkan pantauan rakyatnesia.com di lapangan menyebutkan, di Lokalisasi Mawot, sebagian besar para PSK itu, datang di pagi hari dan sorenya pulang lagi. Yang langsung nonstop disitu, jumlahnya cukup sedikit. Sehingga, jika ada razia malam hari, kondisinya sudah sepi dan lengang dan nyaris tak ada aktifitas apa-apa.

“Di sini itu mas, gaya PSK seperti karyawan pabrik (perusahaan), pagi jam 7 sudah berangkat dari rumah, sore jam 3 sudah pulang lagi. Mereka dapat duit atau tidak, kalau waktunya pulang ya tetap pulang. Katanya, di rumah dia pamit kerja di pabrik. Mungkin ya di pabrik odol mas, soale senegane odol-odol wong lanang,” katanya sambil tertawa lepas.

Beberapa warga setempat yang berhasil ditemui, terlihat pasrah dengan kondisi itu. Dia bilang, jika lokalisasi Mawot itu sudah berjalan lama dan warga tidak ada keinginan untuk menutupnya.

“Warga hanya bisa “nyawang” saja dengan kondisi lingkunganya yang dipakai prostitusi illegal itu. Yang bisa menutup Lokalisasi tak resmi Mawot mestinya ya aparat pemerintah. Kita hanya bisa diam dan pasrah dengan keadaan seperti ini,” kata pria berinisial DL (49) memelas. **(Team).

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar