Manganan Kesongo, Nanggap Wayang Kulit, Tayub dan Ludruk

Sukisno

Bagikan

Suasana sejuk dan tenang di sebuah desa yang dikelilingi hutan jati. Saking cintanya dengan kayu jati, hingga di lahan-lahan milik harga juga terdapat rimbunya pohon jati. Sebuah desa yang berada di ujung timur laut jika dilihat dari Bojonegoro kota. Sebuah desa yang berbatasan antara Kabupaten Bojonegoro dengan Kabupaten Lamongan.

Itulah sekilas tentang potret Desa Kesongo, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro. Sebuah desa yang menjadi tapal batas kabupaten, karena di timur desa Kesongo itu sudah masuk wilayah Kecamatan Sukorame, Kabupaten Lamongan, Jatim.

Desa Kesongo, hingga saat ini masih melaksanakan kegiatan sedekah bumi alias manganan yang merupakan tradisi nenek moyang mereka yang sudah berjalan secara turun-temurun. Sedekah bumi di Dusun Kesongo alias Krajan itu, diawali dengan Pagelaran Wayang kulit dengan Dalang Ki Mustaman yang berasal dari desa setempat, Jum’at (6/5/2016).

Sedangkan acara inti, sedekah bumi yaitu selamatan di Punden Pundi Agung yang berada di Dusun Kesongo dilaksanakan, Sabtu Pahing (7/5/2016). Tradisi selamatan dengan ayam panggang (Panggang ayam, Jawa red), tiap satu tumpeng satu ekor, dengan ayam yang utuh.

“Selamatan dengan tumpeng panggang ayam itu, sudah menjadi tradisi yang masih kita lanjutkan dan kita lestarikan hingga saat ini. Termasuk pagelaran wayang kulit dan tayub. Hanya saja, untuk tahun ini, siang ada sajian tayub, malamnya kita kasih Seni Ludruk Putra Wijaya dari Jombang,” demikian disampaikan Kepala Desa Kesongo Suto (42) saat ditemui disela-sela acara sedekah bumi, Sabtu (7/5/2016).

Masih menurut Suto, siang ada pagelaran Seni Tayub dan malamnya ada pertunjukan Ludruk Putra Wijaya dari Ploso, Jombang, Pimpinan Sunarso. Kedua even tersebut dilaksanakan, di halaman rumah Kades Kesongo Suto yang alamatnya ada di Jl Kedungadem-Sukorame tepatnya persis berada di depan Balai desa Kesongo.

Warga nampak sangat antusias dengan banyaknya kegiatan, dalam acara rangkaian sedekah bumi di desa Kesongo itu. Mulai dari Pegelaran Wayang Kulit, Selamatan berupa tumpengan di Punden Pundi Agung, tayuban hingga Pagelaran seni Ludruk.

“Kalau Ludruk itu, baru pertama diadakan di sini. Pagelaran Ludruk itu, atas permintaan warga dan telah disetujui dalam musyawarah. Harapan kami, warga Desa Kesongo dan sekitarnya, bisa menikmati suguhan kami ini,” ujar Ketua panitia Sedekah bumi Dusun kesongo Sumiran (55).

Ada yang berbeda dari Pagelaran Tayub di Sedekah Bumi Kesongo. Pasalnya, kegiatan tayub dilaksanakan oleh para pemeran Ludruk yang didapuk sebagai Waranggana dan penabuh gamelan (wiyogo, istilah di Tayub). Mereka semua berasal dari para pemain Ludruk Putra Jaya yang berasal dari Ploso, Jombang itu.

“Waranggana yang merangkap sebagai pemeran Ludruk cukup bagus. Para penabuh gamelan juga lihai dan dalam membawakan gending-gendingnya juga cukup rancak. Yang pasti acaranya cukup meriah dan member hiburan segar buat warga di sini,” kata salah seorang tokoh masyarakat Kesongo. **(Kis).

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar