Ahli Duga Motif Mustopa Tembaki Kantor MUI karena Frustasi Tak Dapat Pengakuan , Kabar Indonesia

Rakyatnesia – Ahli Duga Motif Mustopa Tembaki Kantor MUI karena Frustasi Tak Dapat Pengakuan Pencarian perihal Berita Nasional di dunia maya kian banyak dikerjakan masyarakat Indonesia, sedangkan hakekatnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.

[quads id=10]

Pada Tulisan Ahli Duga Motif Mustopa Tembaki Kantor MUI karena Frustasi Tak Dapat Pengakuan ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian cara penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memperhatikan atau membacanya. Jika anda senang dengan info ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.

[quads id=10]

 

Rakyatnesia.com – Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) telah melakukan pemeriksaan terhadap Mustopa NR, pelaku penembakan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI). Penembakan ini diduga karena pelaku frustasi tak kunjung mendapat persetujuan MUI.

 

Ketua Apsifor, Nathanael E.J Sumampouw mengatakan, pelaku penembakan memiliki keinginan kuat untuk mendapat pengakuan dari pihak MUI. Akan tetapi, Mustopa menganggap dirinya gagal dalam menempuh upaya itu, hingga frustasi.

 

“Sehingga yang bersangkutan secara gigih terus menerus mengupayakan bertemu dengan pihak MUI dalam rangka mendapat pengakuan. Dalam upaya tersebut yg bersangkutan menemukan adanya kegagalan,” kata Nael di dalam Konferensi Pers di Polda Metro Jaya, Jumat (5/5).

 

“Secara psikologis hal ini menyebabkan frustasi pada dirinya yang menyebabkan dirinya bertindak agresif dengan melakukan penembakan sebagai wujud kebutuhan eksistensi diri,”. tambahnya

 

Nael juga mengungkapkan bahwa Mustopa melakukan aksi itu secara sadar. Termasuk menyangkut tujuannya dan dampak yang akan dialaminya.

 

“Sehingga temuan sementara kami adalah yang bersangkutan merupakan individu yang memahami maksud dan tujuannya, dampak dan dan konsekuensi dari tindakan agresif yg dilakukannya secara sadar,” kata Nael.

 

Dalam prosesnya, Nael juga mengaku pihaknya telah melakukan sejumlah wawancara dengan keluarga hingga warga di sekitarnya.

 

“Berupa wawancara investigatif terhadap anggota pelaku, istri, anak, menantu, warga lingkungan tempat tinggal, yang dilakukan di Lampung,” kata Nael.

 

Sementara secara kondisi kejiwaan agama, Mustopa dianggap memiliki cara pandang yang esklusif terkait keyakinannya. Ahli forensik dr. Zuhra yang menangani kondisi psikologis agama mengungkapkan bahwa cara pandang pelaku yang ‘esklusif’ mengarah pada keinginan untuk bertemu dengan tokoh-tokoh penting agama di Indonesia, termasuk MUI.

 

“Ia hanya ingin bertukar pikiran agama dengan orang-orang yang dianggap memiliki level yang setara dengan dirinya dalam hal ini Ketua MUI, para pemuka agama, para ulama, dan pemangku kekuasaan,” ucap dr.Zuhra.

 

Zuhra juga mengatakan bahwa pelaku tidak terjaring dengan organiasasi manapun. Zuhra mengungkapkan bahwa Mustopa cenderung tidak mengalami proses belajar-mengajar, hal ini yang menjadikan pelaku yakin atas apa yang dipercayanya.

 

“Dimana yang bersangkutan tidak menampilkan perilaku belajar dan mengajar bersama dengan orang lain. Sehingga keyakinannya cenderung tidak mengalami prosss kritisasi atau verifikasi,” kata Zuhra.

 

Nael mengatakan, timnya akan terus mencari melakukan pemeriksaan agar kesimpulannya kian lengkap. “Sehingga pemeriksaan psikologi forensik ini masih terus berjalan, data masih kami kumpulkan, untuk bisa mencapai kesimpulan yang lebih lengkap,” pungkas Nael.

 

Sebelumnya, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menyinggung soal autopsi psikologis retrospektif yang menurutnya akan mampu menarik motif pelaku berinisial M itu. 

 

Salah satu yang mendapat sorotan adalah M mengaku sebagai wakil nabi. Meski begitu, M tidak termasuk atau terafiliasi dengan jaringan terorisme ataupun tergabung dengan komunitas ideologi agama yang ekstrem berdasarkan hasil koordinasi dengan Detasemen Khusus (Densus) 88.

 

“Malam ini kami juga berkoordinasi dengan asosiasi psiikologi forensik untuk melaksanakan autopsi psikologis retrospektif, mendalami profiling lengkap baik psikologis maupun prilaku tersangka,” kata Hengki di Polsek Metro Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/5) malam.

Dikutip dari Jawa Pos

Exit mobile version