Program Paha Sylpi Mampu Bangkitkan Gairah Peternakan Pinggir Hutan

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Bojonegoro sebagai daerah lumbung pangan dan lumbung energi negeri Sangat mendukung program nasional untuk peningkatan populasi sapi di tanah air. Hal tersebut dibuktikan pemerintah hadir ditengah masyarakat dan terus berupaya menciptakan sebuah inovasi dan terobosan. Salah satunya adalah yang dilakukan Dinas Peternakan Dan Perikanan dengan mengembangkan sistem silvopastura untuk membangkitakan semangat dan gairah para peternak khususnya yang berada dalam kawasan hutan.

Silvopastura adalah sebuah sistem atau cara menggabungkan kegiatan kehutanan, pertanian dan peternakan, dimana dibawah tegakan hutan dapat ditanami hijauan pakan ternak tanpa merusak tanamam utama. Inovasi itu dinamakan Paha Sylpi.

Pha Sylpi ini telah mengantarkan Kabupaten Bojonegoro masuk dalam Top 99 di ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Kementerian PANRB.

Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Dan Pengelolaan Sistem Informasi Pelayanan Publik Kementerian PANRB Muhammad Imanudin beberapa waktu yang lalu, pada saat memberikan arahan dalam sosialisasi kompetisi.

Dalam arahanya Muhammad Imanudin mengatakan, kompetisi ini bertujuan untuk menjaring, menetapkan, dan menggunakan inovasi yang terpilih sebagai bahan transfer teknologi dan replikasi pelayanan publik untuk menunjang pembangunan bangsa dan Negara.

Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro, Kamis (4/5/2017) memaparkan Inovasinya dihadapan para panelis bersama dengan daerah lainnya di Kantor Kementerian PANRB untuk maju ke top 40 setelah melalui seleksi yang begitu ketat dari sebanyak 3054 inovasi yang ikut dalam ajang SINOVIK 2017 ini.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro Ardiyono memaparkan kepada para panelis bahwa paha sylpi ini mulai diterapkan di Bojonegoro pada tahun 2015 lokasinya ada di kawasan hutan desa Setren, yang berada di wilayah Kecamatan Ngasem dan kini juga telah direplikasikan ke wilayah hutan lainnya yaitu di Desa Sekaran kecamatan Kasiman.

“Program ini dapat terlaksana dengan baik setelah adanya perjanjian kerjasama dengan lintas sektoral dari Pemkab Bojonegoro, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Perhutani dan LMDH untuk pemanfaatan hutan,” tegas Ardiyono, Kamis (4/5/2017)

Dia mengatakan kerjasama ini tujuannya adalah dapat merubah perilaku masyarakat agar lebih dapat memperlakukan hutan dengan baik guna meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan hutan itu. Dan inovasi ini lahir dari tekad bersama antara pemerintah dengan masyarakat untuk merubah ancaman menjadi peluang untuk mengahapus kemiskinan di Bojonegoro. Caranya dengan memanfaatkan lahan hutan kritis untuk ditanami jati dalam rangka peremajaan hutan, diselingi dengan penanaman tanaman pangan (kacang tanah, padi, kacang hijau, kedelai, cabai) dan rumput gajah untuk pakan ternak, khususnya sapi.

Menurutnya, pemberian makan rumput gajah unggul pada sapi dapat merangsang birahi dan meningkatkan produktifitas dan juga dapat meningkatkan bobot badan hewan tersebut. Dia berharap dengan adanya kerjasama seperti ini, selain masyarakat dapat meningkatkan populasi ternak ditengah keterbatasan lahan, masyarakat juga diajak untuk menjaga kelestarian hutan, mendapatkan nilai tambah dari penamaman tanaman pangan lainnya.

Sementara itu, Kabag Organisasi Dan Tata Laksana Kabupaten Bojonegoro Dandy Surayitno menambahkan, Bagian Organisasi Dan Tata Laksana adalah sebagai fasilitator dalam pelaksanaan SINOVIK ini.

“Kami berharap ke depan Organisasi Perangkat Derah (OPD) Pemerintah Kabupaten Bojonegoro agar dapat terus menciptakan inovasi dan terobosan yang dapat dilakukan secara berkelanjutan, “paling tidak satu OPD minimal satu inovasi. Hal itu dilaksanakan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk menjadikan wong jonegoro yang sehat cerdas, produktif dan bahagia,” pungkasnya. **(Kis/Red).

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar